05 September, 2011

Sandy Season 4 Episode 4


Tak terasa matahari condong ke arah barat, Sandy cs harus segera menuju ke markas Sheila cs. Dibukanya pintu markas yang seperti rumah mewah, dan Sandy cs melihat semuanya serba mewah seperti Villa yang supermahal.
“this is your rooms, Sandy.” Seru Sheila dari lantai 2 markas Sheila cs.
Mendengar seruan Sheila, Sandy cs segera menuju lantai 2 lewat tangga dan langsung saja masuk ke kamar yang dimaksud Sheila. Namun, ternyata tempat tidur yang disediakan hanya 4 buah saja. Tentu saja Sandy cs merasa kecewa. Namun akhirnya...
“maaf, kamar ini khusus buat wanita. Sedangkan untuk lelaki ada di lantai 3” kata Nanda sambil menunjukkan kamar khusus Fadly, John, Aji, dan Indra di lantai 3.
Merekapun menuju lantai 3, tempat John, Fadly, Aji, dan Indra bisa beristirahat sejenak. Kamar itupun juga menyediakan 4 tempat tidur dan sebuah kamar mandi. Karena badannya terasa gatal, Fadlypun bersiap-siap mandi didalam kamar mandi itu. Ia membayangkan dirinya terendam air hangat seperti apa yang dirasakan orang Jepang di zaman dahulu, bayangan itulah yang membuat Fadly bersemangat untuk mandi di kamar tersebut. Namun, apa yang dibayangkannya ternyata meleset. Terlihat sebuah wastafel, Shower, bak berendam yang terlalu mewah, dan kloset duduk yang terlihat mengkilap seperti di rumahnya. Tiba-tiba Richie dan Karell muncul dibelakangnya.
“mungkin tidak seperti yang kak Fadly bayangkan, tapi suhu air Showernya sesuai yang dibayangkan kak Fadly loh. Coba saja.”
Fadlypun mencoba menyalakan Shower tersebut. SYUUUURRR!!! Benar saja, suhu air Showernya cukup hangat untuk Fadly.
“bak mandinya juga seperti yang di Jepang loh.”
“benar nih?” tanya Fadly meyakinkan.
“Benar. Mandi Rame-rame di bak itu juga bisa loh.” Balas Karell.
“kalau begitu, kita juga mau ikutan mandi seperti Fadly ah,” iseng John, Indra, dan Aji ikut-ikutan.
Merekapun mencoba bak mandi yang super besar itu. Benar saja yang dikatakan Karell, mereka berendam di bak air yang bersuhu 44o Celcius.
“kita tinggalin nggak apa-apa ‘kan.” Kata Richie sambil meninggalkan kamar mandi itu.
Mereka hanya menggeleng. 5 menit berada di bak air panas membuat mereka lapar. Merekapun keluar dari bak yang suhunya mulai menurun dan segera memakai pakaian mereka. Disaat itu juga, waktu makan malam juga sudah dimulai.
“Sandy cs, makan malamnya udah siap!!” sahut Nanda dan Sanny.
“iya, Nanda!!! Sanny!!” seru Sandy cs dari dua ruangan yang berbeda.
Merekapun segera turun dan bergegas menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan, mereka melihat meja makan memanjang seperti yang ada di cerita kerajaan Inggris kuno.
“meja makannya bukan yang itu, tapi yang ini.” Seru Dirga menunjukkan tempat makan yang sebenarnya.
Ternyata meja makan yang dimaksud Dirga adalah meja makan dengan pintu geser ala Jepang yang menghadap ke halaman belakang. Di meja makan, terhidang sup Jagung, ikan merah yang direbus dalam panci dan Nasi kari. Setelah berdoa, merekapun segera menyantap hidangan itu. Pelan-pelan, Sandy, Mistin, Nadine, Rista, John, dan Fadly menyantap makanan yang terhidang dengan sabar. Tidak seperti Aji dan Indra yang makan dengan sangat lahapnya hingga membuat nasi bertebaran kemana-mana. Setelah makanan yang disantap habis, Sandy cs juga yang membereskan semuanya. Bahkan piring bersih yang ada ditangan Mbok Ninik dan Mbok Sumi diambil John untuk ditaruh kembali ke tempatnya. Pak Sonny dan Ibu Ratih kagum dengan kebiasaan mereka di malam itu.
“saya bangga punya anak didik seperti itu. Dulu saat saya ajarkan hal-hal yang paling kecil, yang pertama memulainya adalah Sandy. Perempuan satu-satunya sebelum Nadine, Mistin, dan Rista bergabung. Dia memungut semua sampah yang berada di pantai.” Cerita Ibu Ratih.
“iya ya. Meski mereka terlihat seperti anak Gaul seperti Sheila cs, namun baik budi mereka pantas kita contohi pada Sheila cs yang seperti anak raja.”
“dulu Sandy cs ada 10 orang. Tapi 3 bulan yang lalu, Andra dan Sammy tewas ditusuk oleh Reno. Tapi, syukurlah belakangan ini mentalnya mulai baikan. Pemakamannya dilakukan sebulan kemudian.”
“...saya juga turut berduka cita, Ratih. Lebih lagi saat orang tua Vino dan Lina tewas karena kecelakaan kereta api di jurusan Kebayoran-Ancol. Sampai sekarang mereka masih merasa sedih terhadap orang tuanya.”
Tanpa Pak Sonny dan Ibu Ratih sadari, Sheila cs dan Sandy cs mendengar perbincangan mereka dibalik tembok.
“iya, meski sudah saya masukkan mereka berdua ke Sheila cs, mereka tetap terlihat sedih.” Mendengar perbincangan itu, Vino dan Lina langsung saja berlari kencang dan Handphone milik Vino terjatuh. Fadlypun segera memungutnya dan menyusul Vino di lantai 3. Tetapi, Mbok sumi yang sedang mengepel sempat menghentikan langkah Fadly. Namun terlambat, Fadly terjatuh dan vas bunga yang berada di samping tangga terjatuh dan pecah. Mendengar pecahan Vas bunga itu, Ibu Ratih dan Pak Sonny segera menemui Fadly yang terjatuh.
“kamu nggak apa-apa?”
Fadly hanya menggeleng. Namun melihat pecahan vas bunga yang tercerai berai melukai telapak tangan kanannya. Sandypun segera menyembuhkan tangannya Fadly sesungguhnya ingin mengatakan sesuatu. Tetapi buru-buru mulutnya ditutup Pak Sonny.
“kamu pasti ingin bilang maaf ‘kan, tidak apa-apa. Vas itu pertama pecah saat Sheila cs baru memiliki markas sendiri. Bahkan, Richie harus dilarikan ke Rumah sakit karena terkena pecahan vas itu yang  terlanjur masuk ke dalam lengan kirinya.” Jelas Pak Sonny.
“maaf kalau kami tidak bermaksud menyakiti kalian Vino, Lina. Tapi...”
“semua kesedihan kalian akan terus menghantui kalian jika kalian tidak mengikhlaskannya. Kak Vino, handphonemu terjatuh didepan Fadly. Turun saja, dulu Fadly juga begitu pada seluruh saudara Fadly!!!” sahut Fadly.
“hah, saudaramu meninggal semua? Kamu anak keberapa?”
“iya, dan Fadly adalah bungsu dari 10 bersaudara.”
“apa, kamu anak yang paling kecil???”
“iya, tetapi lain ayah. Kakak pertama sampai ketiganya ber-ayah Panji Maulana Abdullah. Sedangkan kakak keempatnya sampai dia saya sendiri.” Kata ayahnya Fadly tiba-tiba datang.
“Akbar, saya tahu dimana jasad Panji berada.”
“hah, Sonny, dimana??”
“ada di dalam jantung Shurino.”
“Pak Sonny, siapa Shurino?” tanya Fadly.
“dia adalah ular putih yang ada didalam tubuhmu, tapi nama Ular Putih yang ada didalam tubuhmu bernama Haruna.”
“Jadi Fadly ini....” tiba-tiba Fadly pingsan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar