10 September, 2011

Sandy Season 4 Episode 13

Mendengar ucapan Fadly, Sheila cs ikut berduka atas kematian guru ninja kesayangannya. Ditengah duka yang mendalam, Ferdi tiba-tiba datang dengan sekeranjang jeruk tanpa memakai seragam wartawannya.
“terimalah, sebagai tanda permintaan maafku dan tanda duka cita pada ayahmu.” Kata Ferdi menawari.
“terima kasih. Sedang cuti ya?” tanya Fadly.
“iya, saya ambil cuti dari atasan karena cedera ini. Dan kata dokter yang merawatku, cederaku masih harus diobati dengan maksimal. Dan saya juga menyampaikan turut berbelasungkawa atas kematian ayahmu. Katanya pemakamannya dilakukan lusa, tapi sepertinya kalian masih harus dirawat secara ketat.”
Dokter tiba-tiba datang memeriksa Sandy, Fadly, dan John. Namun saat memeriksa kondisi tulang yang ada didalam tubuh, dokter tiba-tiba kaget saat melihat kondisi tulang mereka di foto ronsen, utuh dan sembuh seutuhnya. Lalu, dokter menemui Mistin dan membisikkan sesuatu padanya. Mistin kaget setelah mendengar apa yang dikatakan dokter itu. Lalu ia menemui Nadine dan yang lainnya untuk menyampaikan apa yang dokter itu katakan.
“semuanya, kak Sandy, John dan Fadly sudah dibolehkan pulang.”
“lho kenapa?”
“mungkin karena kak Sandy, John dan Fadly adalah Jinchuuriki, kata dokter, struktur tulang mereka yang rusak utuh kembali seperti biasanya. Dan bagian vital kalian sudah kembali berfungsi normal. Coba gerakkan tangan kalian.”
Lalu merekapun menggerakan tangan mereka. Ajaib, tangan mereka kembali bergerak seperti sebelumnya. Mereka bersyukur pada Yang Diatas karena nyawa mereka terselamatkan sekaligus menyembuhkan kembali tubuh mereka yang remuk. Disaat itu juga, pohon bunga mawar putih yang berada di jendela kamar mawar bermekaran ditengah duka cita yang mereka alami. Ditambah gerimis kembali merintik di luar halaman RSCM.
Hari pemakaman tiba, meski dirayakan seperti pemakaman orang pada umumnya, namun ribuan pelayat yang berasal dari kalangan masyarakat biasa maupun orang terkenal menghadiri acara pemakaman. Begitu juga Sandy, Fadly dan John meski harus berjalan memakai tongkat. Satu-persatu seluruh masyarakat desa Mutiara Petir meletakkan bunga di peti Pak Sonny dan Peti Om Akbar. Begitu juga Sheila cs dan Sandy cs yang membawa bunga Aster yang berwarna ungu, mawar merah maupun putih, bahkan Fadly membawa bunga tulip merah lambang Clannya diikuti airmatanya yang terus meleleh sebelum ataupun saat upacara pemakaman tersebut. Di desa Kijing, seluruh warga mengadakan Shalat Ghaib untuk mendoakan arwah Om Akbar di pinggir pantai dengan kawalan ketat Ari cs yang mayoritas beragama konghucu. Rintik-rintik hujan terus mewarnai pemakaman Pak Sonny dan Om Akbar. Bahkan, hujan itu juga memekarkan bunga-bunga yang disekitar pemakaman, peti sudah selesai dimasukkan ke liang lahat, dan membuat Fadly tak bisa bertahan di tengah hujan yang sangat deras membasahi pemakaman karena Hipotermia yang dideritanya juga. Tentu saja Richie dan Vino harus menggotongnya ke Markas Sheila cs dan memulihkan tubuhnya kembali.
Dua hari kemudian, masyarakat Ibu Kota memadati kawasan Monas untuk merayakan kemenangan Sandy cs karena membereskan X-Mafia yang selama ini meresahkan masyarakat kota Jakarta. Di tengah kerumunan itu, rombongan Presiden pun mendatangi perayaan itu dan mengucapkan selamat pada Sandy dan Sheila cs karena telah membereskan tindak Kriminal yang dilakukan X-Mafia.
“saya sebagai Presiden dan jajaran Kabinet Indonesia Bersatu mengucapkan terima kasih atas kegigihan Saudari Sandy Cylista dan teman-temannya dalam menumpas kejahatan negara yang dilakukan oleh X-Mafia.” Kata Presiden berpidato.
“dan atas kerja keras kalian, maka kami atas nama Presiden memberikan hadiah berupa...”
Tiba-tiba seseorang yang mengaku adalah saksi mata pertarungan Sandy cs dan X-Mafia menghentikan jalannya pemberian hadiah.
“kenapa saya tidak diberi ucapan? Saya juga sempat membantu anda dalam pertarungan tersebut.”
“Saudari Sandy, apakah anda kenal orang ini?”
Sandy menggeleng pelan. Lalu bertanya pada orang itu.
“lalu darimana anda tahu saya...” tiba-tiba rombongan aneh yang berasal dari rumah sakit jiwa menghampiri Presiden dan menyergap orang tersebut.
“atas nama Petugas Rumah sakit Jiwa Menteng, kami mengucapkan mohon maaf yang sebesarnya karena ulah pasien kami yang gila terhadap tim Ninja Sandy dan Pak Presiden sendiri.” Kata seorang petugas pada Sandy.
“oh, ulah orang gila ya?” gumam Fadly dan Rista geli.
“tidak apa-apa, lalu kenapa dia bisa menjadi gila seperti itu?”
“karena saking sukanya dengan kalian, dia meniru adegan yang ia tonton di TV pada anak-anaknya. Dan akibatnya, dia terus melakukan aksi itu sampai anak-anaknya ketakutan.”
“oh, begitu.” Kata John berdecak hampir tidak percaya.
“bapak-bapak dan Ibu-Ibu, bisa kita lanjutkan pemberian hadiah pada Sandy cs?”
“Lanjutkan saja, Pak.”
“baiklah, kita lanjutkan pemberian hadiah kepada saudari Sandy Cylista.”
Penyerahan hadiahpun dilanjutkan, semua warga Jakarta bertepuk tangan setelah hadiah diberikan.
“mohon untuk seluruh anggota Sandy cs, buka hadiahnya.” Kata Ibu negara.
Dengan hati-hati Sandy membuka bungkusan itu, ternyata sebuah papan yang berlukis batik dengan tulisan “LIBURAN DI KOTA JAKARTA DAN KOTA-KOTA DI JAWA BARAT SELAMA 1 (SATU) BULAN.” Tentu saja mereka sangat senang dengan hadiah itu, karena selama ini mereka tidak pernah berlibur di luar Kalimantan Barat.
“Khusus untuk Saudara Fadly Maulana Abdullah, kami akan membacakan status Fadly yang selama ini diragukan. Intinya, kami menyampaikan kepada keluarganya dan seluruh penduduk di seluruh Indonesia, bahwa Fadly Maulana Abdullah bukan putra dari almarhum Akbar Maulana Abdullah, melainkan seorang putra dari ayahnya yang bernama Panji Maulana Abdullah yang saat ini masih menjalani perawatan di RSCM. Karena dari tes DNA yang kami teliti, ternyata 99% dari DNA-nya sesuai dengan DNA milik Panji Maulana Abdullah. Bahkan, Panji Maulana Abdullah juga membenarkan bahwa Fadly Maulana Abdullah adalah anaknya hasil bayi tabung yang dijalaninya di Malaysia hingga embrionya dikembalikan oleh pihak Clan Maulana Abdullah.” Kata petugas Menkes.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar