Keesokan Harinya Di Camp, para polisi berterima kasih
pada kami karena telah menangkap para penjahat yang selama ini sedang mereka cari-cari. Atas jasa kami, mereka mengembalikan kalung yang tadi
Selly rampas pada kami. Kami senang dan juga bangga karena bisa membantu polisi
menangkap para penjahat busuk itu. Dan siang hari setelah itu…
“Axel… lagi ngapain?” kataku sambil membuka pintu. Namun
ternyata,
“Eh…eh…eh… Pergi kamu!! ASEEEM!!” katanya kaget lalu
menutupi tubuhnya menggunakan handuk sambil mengusirku keluar kamar.
“Aku kira kamu udah pake baju. Dan lagi menggambar di
laptop…” teriakku lari melewati Amir dan Septian yang sedang mengepel lantai.
“Lain kali ketok pintu dulu kalo mau masuk ke kamar!!”
omel Axel.
“Maaf!! Axel!!” kataku.
“HEI!! Ini lantai baru dipel!!” omel Septian kesal.
“Maaf!! Yang lagi ngepel!!” kataku pada Septian.
Tiba-tiba…
GUBRAKKKK!!!
“Kak Dila!! Kalo lari liat-liat dong!!” kata Khalil
tambah mengomel karena isi botol susu cokelat yang ingin dia minum tumpah ke
tanaman yang berada di camp.
“gara-gara Dila Muniarty…. Semuanya malah jadi ruwet
gini.” Gerutu Axel keluar kamar dengan handuk yang menyelimuti bagian bawah
pinggangnya.
“ini juga gara-gara kamu sih, Axel! Pintu kamar cowok
nggak dikunci kalo lagi ganti baju.” Omel Amir.
“Sorry Mir, aku
sebetulnya mau mandi, cariin sampo kok nggak ada. Dan Dila… soal gambar nanti
aja kita bahas…” balas Axel kembali ke kamar.
Setelah Axel berpakaian…
“Ada apa kamu mencariku, Dila?” tanya Axel sambil membawa
laptopnya.
“Axel.” Panggil Panji pada Axel.
“Eh iya…ada apa?” kata Axel duduk di bangku di depan
kamar.
“Gimana gambarku. Apa sudah selesai?” tanya Panji.
“Baru mau ditebalkan garisnya. Karena banyak pesanan dari
teman-temanku juga…” kata Axel.
“Boleh lihat?” tanya Panji penasaran.
“Boleh. Ini dia….” Jawab Axel menunjukkan gambar
tersebut.
Setelah Panji melihat Gambar dirinya versi Anime. Ia lalu
bertanya.
“Ini yang disebut Versi Append?” tanya Panji.
“Iya, apa menurut kak Panji… ini masih nggak menarik?”
tanya Axel pesimis.
“Justru ini paling menarik lho. Nanti kalo udah selesai,
Diupload ya…” katanya pergi. Lalu Axel heran karena melihatku menari nggak
jelas.
“Dil!” sahut Axel.
“Eh? Ada apa?” kataku sambil melepaskan headset.
“Kamu ngapain pake nari-nari segala?” tanya Axel heran.
“besok, kita mau tampil di pentas hari terakhir Jambore.
Apa kamu nggak mau ikut?” tanyaku mengomel.
“Ya mau ikut, tapi aku nggak tau gerakannya kayak
gimana.” Bingung Axel.
“Denger sendiri musiknya. Kalo udah ketemu, cari aku.
Biar kita diskusikan dengan kawan-kawan yang lainnya. Aku mau makan dulu…”
kataku sambil menyodorkan ponselku yang masih memutar musik yang akan dijadikan
BGM saat tampil di pentas.
3 jam kemudian, Axel menyusulku saat aku, Amir, Radifan,
dan member TMZI lainnya sedang berdiskusi.
“Dil!!” serunya mendekati kami.
“Bagaimana?” tanyaku.
Ia tidak langsung menjawabnya, tapi ia menunjukkan
sesuatu di Laptopnya.
Melihat rekaman gerakan Axel di laptop tersebut. Semua
anggota TMZI club mendiskusikan hal tersebut. Lalu mereka
memutuskan untuk memakai sebagian gerakan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar