12 Januari, 2013

A Journey of TMZI : 1. Prologue


Jam 14.00…
Seperti biasanya, aku selalu mengirimkan Mega-Jokes di sebuah grup yang tidak terlalu terkenal di Facebook. Tetapi ramah dan mengerti arti kebebasan.
“HAHAHAHAHA….” Kata Amir mengomentari kirimanku.
 “Masa’ sih begitu jadinya?” tambah Axel.
Tiba-tiba…
“Dil, makan dulu!!” sahut Ibu.
“Iya, Mak.” Kataku saat mengetikkan…
“Nanti dulu, aku mau makan sekarang. Bahasnya nanti saja.”
 “Padahal dia Mega – Jokers di grup ini. apa dia tidak pernah ceritain tentang dia dan keluarganya?” tanya Amir.
“Dia menurut teman-teman di luar grup-nya, dia paling misterius.” Ujar Tribe King.
“Misterius?” Tanya Amir bingung.
Jam 20.00 akupun kembali mengirimkan Mega – Jokes. Lalu Axel kembali mengomentari kiriman yang baru aku kirimkan.
 “HAHAHAHAHA!!! Makanya teliti sebelum membeli.”
Lalu ada seseorang yang ingin bergabung ke dalam Grup TMZI Square.
“Hai, aku Khalil. Aku ingin tahu tentang kalian.”
“Hai Juga, aku Dila.” Kataku membalas kiriman Khalil. Lalu diikuti Axel, Yasinta dan yang lainnya.
“Kamu suka Rockman ya Khalil?” tanyaku.
“iya, kenapa?” jawabnya.
Aku terdiam sesaat, lalu Axel yang membalasnya. “Nggak ada apa-apa kok.”
“Ini bertujuan untuk mempererat penggemar Rockman di Indonesia.” Tambah Amir.
“makanya tidak semua orang bisa masuk disini.” Tambah Tribe King.
Lalu semua member TMZI saling menceritakan tentang diri mereka masing-masing hingga 2 hari kemudian akhirnya aku mengatakan sesuatu.
“Selama ini, kita selalu berteman dan berbicara lewat Facebook. Kenapa kita nggak bertemu langsung saja?”
“Itu benar, kenapa kita nggak bertemu secara langsung saja di satu tempat?” ujar Amir.
“Bagaimana caranya? Rumah kita ‘kan jauh.” Tanya Axel.
“Kebetulan, Temanku yang merupakan pecinta alam ingin menyelenggarakan sebuah jambore di tepi pantai. Aku rasa kalian bisa bertemu disaat itu juga. Pertama kali bertemu, kita harus berkumpul di Gelora Bung Karno. Setuju?” usul Yasuhiro, seorang yang ahli dalam permasalahan komputer.
“Ide bagus…tapi…apa Ibuku izinkan?” kataku.
“Kalau kau dapat Izin. Kau boleh aku ikutsertakan.” Jawab Yasuhiro.
Lalu aku membicarakan semua itu pada Ibuku. Dan setelah melalui perdebatan yang panjang…
“Kau boleh ikut, Nak.” Kata Ayahku.
“Tapi pesan mamak dengan kamu cuma satu. Hati-hati.” Tambah Ibuku.
“Iya, aku akan hati-hati.” Jawabku sambil mengemasi barang-barangku.
“Dan jangan sampai kamu dijebak para penjahat disana.” Tambah Ayahku.
“ iya Yah, Mak…” kataku memeluk mereka berdua.
Lalu Ibuku menceritakan persiapanku pada anggota keluarga yang lainnya.
“Eh, kok bisa?” tanya Rama, saudaraku.
“dia dapat dari E-mail dari temannya.” Kata Ibuku.
“tak terasa, padahal baru kemarin kita lihat dia masih SMP.” Kata bibiku.
Di kota Malang di Rumah Axel…
“Baiklah, Nak. Kamu boleh ikut,” Kata Ibu Axel.
“AKHIRNYA AKU BISA IKUT JUGA!! Siap-siap perlengkapan dulu,” kata Axel kegirangan sambil mengemasi pakaiannya.
“Tapi….Ah terserah kamu deh!!,” gerutu kakak Axel kembali ke kamarnya.
“Kenapa? Aku salah kalo ikut Jambore seperti itu?” tanya Axel.
“Nggak ada.” Gerutunya kembali sambil menutup pintu kamarnya.
Di Rumah Amir di Jakarta…
“Jambore?” heran Ibu Amir.
“Katanya diadakan di Pantai.” Kata Amir sambil makan.
“Hati-hati ya,” pesan Ibu Amir.
“Tenang, Tribe King ada kok.” Katanya sambil makan.
“Oh, dia…ya sudah, siapkan apa yang harus dibawa habis ini.” kata Ibu Amir.
“Iya, Bu.”
Di Rumah Firdaus di Malaysia…
“Jaohnye? Mak masih takot kau sendirian kesana.” Heran Ibu Firdaus.
“Tenang je la, nanti ada kawan aku disana.” Kata Firdaus.
“Bestlah kalau macam tu. Abah nanti beli ticketnya. Sabar-sabarlah…” pesan Ayahnya.
“Iye…”
Di rumah Septian di Bali…
“Kamu udah mikirin ini berkali-kali?” tanya Nenek Septian.
“Iya, Nek. Udah ada persetujuan dari panitianya.” Kata Septian.
“Hati-hati ya. Cu...Nenek Khawatir kamu sendirian di Jakarta.” Kata Nenek Septian khawatir.
Kembali ke kota Malang tetapi di rumah Peni…
“Apa kamu berani, Nak?” tanya Ibu Peni.
“Aku ‘kan udah bukan anak bayi lagi, Ma. Aku bisa jaga diri kok.” Kata Peni.
“Ibu pesan kamu hati-hati ya…” pesan Ibu Peni.
“iya, Ma.” Kata Peni.
“jangan lupa bawa oleh-oleh ya.” Tambah Candra.
“ Iya, Candra.” Katanya acuh.
Semarang tepatnya di rumah Khalil….
“Bapak juga khawatir kamu ada apa-apanya…”
“Tenang saja Pak. Khalil sudah diberitahu temanku yang di Jakarta.”
“Mas, bawain oleh-oleh ya.”
“Iya, Dek…” kata Khalil cemberut.
Di Jember tepatnya di rumah Dwi…
“Mau kemana kak Dwi?”
“Besok kakak ke Jakarta. Ikut Jambore.”
“Aku boleh ikut nggak?”
“Maaf, hanya kakak aja yang diundang. Kamu nggak bisa, maaf ya. Tapi nanti kakak ajak kamu kesana.”
“Janji ya, kak.”
Di Rumah Haekal…
“Oh, sudah? OK!! Nanti kita tunggu di Gelora Bung Karno ya.”
“Siapa yang kamu telpon itu?”
“Teman dari Jakarta. Soalnya dia juga ikut Jambore.”
Di kos-kosan tempat Aulil tinggal.
“Sorry, Bro. besok aku harus ke Jakarta.” Katanya mengemasi barang-barang.
“sayang ya, tapi semoga anda sampai disana.” Kata teman sekamarnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar