12 Januari, 2013

A Journey Of TMZI : 2. Departure (Part.2)


“Aku juga mau naik Pak!” seru seorang anak yang berada di depan bus tersebut.
Septian, Peni dan Axel mengenali anak tersebut.
“Khalil Satyadama?” seru ketiganya heran.
“Kebetulan bus ini berhenti didepan bus yang lagi rusak. Jadi apa aku boleh naik?” tanya Khalil.
“Naiklah dik.” Kata supir tersebut.
Melihat apa yang dilakukan Khalil, Septian ternganga tidak bisa berkata apa-apa.
“Baru jadi Anggota TMZI udah nekat, gimana kalo udah jadi adminnya coba?” gerutu Axel.
“Kak Axel, keluargaku udah biasa begitu.” Kata Khalil.
“HAH?? Yang bener?” tanya Septian tidak percaya.
“aku baru mau ngelakuin itu kalau udah dalam keadaan darurat.” Kata Axel menghabiskan makanan yang diberikan Peni.
“Kak Axel, buat Khalil kamu abisin ya?” omel Peni.
“nggak usah, aku juga bawa snack dari keluargaku. Kalo kalian mau, makan aja…” kata Khalil menyodorkan sebungkus Rengginang pada mereka bertiga.
Namun, hanya Axel yang mau mencomot makanan yang ditawari Khalil.
Kembali ke Yasuhiro, tiba-tiba ia menerima telepon dari seseorang di ponselnya.
“Eh? Siapa nih? halo?”
“YasuHiro?” kataku dari seberang telepon.
“Lho? Kamu siapa ya?” tanya Yasuhiro heran.
“Aku Dila. Yang sering nge-Post Mega – Jokes itu. Aku sekarang sudah berada di Gelora Bung Karno.” Kataku didepan Gelora Bung Karno.
Yasuhiro heran dengan suaraku yang mirip dengan suara anak SMP. Namun ia tidak peduli dan tidak terganggu dengan suaraku yang memang agak aneh.
“Iya, sekarang posisimu dimana?” tanya Yasuhiro.
“Aku di pohon yang paling besar.” Kataku di pohon yang kumaksud.
Yasuhiro mencariku kesana-kemari hingga akhirnya ia menemukanku.
“Itu dia. Dila!!” seru Yasuhiro dari kejauhan. Lalu aku mendekati Yasuhiro.
“YasuHiro!! Senang bisa bertemu dengan anda.” Kataku sambil menyalami Yasuhiro.
“Awalnya tadi aku mau menghubungi Axel. Tapi Hpnya nggak aktif.” Kata Yasuhiro.
“Axel masih di perjalanan ya?” tanyaku.
Lalu terdengar seseorang memanggil Yasuhiro. Akupun melihat dan mencari siapa yang memanggilnya. Tanpa diduga ternyata dia juga sengaja datang jauh-jauh dari Malaysia demi Jambore.
“Yasuhiro! tadak ingat aku? Firdaus Bass Bx!!!” seru Firdaus.
“Iye ke? Senang aku liat kau. Mestilah penat jaoh-jaoh datang kesini.” Kataku dalam bahasa Melayu yang memang sudah biasa di keluargaku.
“Eh, Dila. Bise bahasa Malay?” tanya Firdaus keheranan.
“Sikit-sikit…” kataku.
Lalu Amir cs datang.
 “Kalian sudah lama menunggu ya? Maaf ya!!” seru Amir datang.
“AMIIIIIR!!! AKHIRNYA CEO TMZI DATANG!!” seru kami bertiga serentak.
“Jalanan macet. Jadinya kita pake sepeda…” tambah Tribe King.
Sementara itu di Stasiun Gambir…
“Emang kamu tau no. hp-nya???” tanya Septian.
“Tau, aku dikasih tau dengan Bang Yasu…” kata Axel sambil mengetikkan no. hpku yang sebetulnya tidak pernah aku kasih tahu.
Lalu tiba-tiba, seseorang menelepon dari ponselku dengan Ringtone Cannonball – RTRZ Mythos di ponsel.
“Halo?” kataku.
“DILA!!” teriak beberapa orang dari seberang telepon. Saking kerasnya, aku menjauhkan telingaku dari ponselku.
“Kalian siapa ya?” tanyaku.
Di seberang telepon…
“Ini aku, Peni Indiarti.” Kata Peni.
“Kamu tau akun Facebook yang bernama Axel Aeniv Lymphos?” seru Axel.
“Juga Septian Rayvern Widiartha?” tegas Septian.
“Dan Khalil Satyadama?” teriak Khalil.
“Peni? Axel? Septian? Khalil? Sekarang kalian ada dimana? YasuHiro-san dan yang lainnya sudah berkumpul disini!” kataku menjauhi ponselku karena suara mereka yang demikian besar seperti ingin berdemo.
“Kita di halte dekat Stasiun Gambir, dan baru mau ke Gelora Bung Karno.” Kata Khalil.
“OK! Kita tunggu disini!!” kataku sambil menutup teleponnya.
“Yasinta, Satia, Dwi dan Pandu, juga udah datang.” Kata Yasuhiro mengabsen member TMZI. Tiba-tiba orang yang paling nyebelin, Aulil dan Alif datang tiba-tiba mengejutkan kami.
“TEMAN-TEMAAAAN!!” katanya menggunakan Mega-Phone.
“Bang Aulil, nggak usah sampe ngagetin kita juga!!” omel Yasinta.
“Untungnya aku nggak jantungan!!” omelku juga.
“Buat Hal jer….” Gerutu Firdaus.
Satia, Radifan, dan Faiz hanya menggeleng melihat Aulil yang mengejutkan kami. Lalu Satia dan Dwi melihat Axel, Peni, Khalil dan Septian datang.
“Eh! Itu mereka!!” katanya menunjuk mereka berempat.
“Hei semua!!” teriak Peni dari kejauhan.
“AXEL!! PENI!! KHALIL DAN SEPTIAN!!” teriakku sambil mengejar mereka. Tapi yang aku peluk sebenarnya….
“Waduh!! Dila??” lalu mereka berempat celingukan mencariku. Dan Khalil melihat aku memeluk pipa hydrant yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
“Kenapa kamu jadi begini sih?” kataku membelai pipa Hydrant seperti di Opera Van Java. Lalu Axel merampas Mega-Phone milik Aulil dan menggunakannya.
“DILA MUNIARTY!! Aku, Septian, Khalil, dan Peni dibelakangmu!! Ini bukan TMZI Jokes atau Opera Van Java!!!” Omel Axel dengan Mega-Phone tersebut.
Akupun segera merespon apa yang Axel katakan dan menendang pipa tersebut, tetapi karena pipa tersebut keras. Kakikupun jadi korban.
“Eh…Dila…..” kata Khalil bersembunyi dibelakang Yasinta.
“Kamu kenapa?” tanyaku heran.
“Nggak ada apa-apa…” katanya malu-malu.
“Ada apa dengannya?” gumamku.
“Khalil? Kamu nggak apa-apa?” tanyaku penasaran.
“aku…aku nggak apa-apa…” jawab Khalil.
Setelah semuanya berkumpul…
“Kita nanti akan dijemput bus yang akan membawa kita di camp tempat Jambore diadakan. Di pulau Pramuka. Tapi sebelumnya, aku ingin kalian memakai ini selama kita Jambore.” Kata Yasuhiro sambil menyodorkan sebuah liontin yang berbentuk lambang Rockman di Ryuusei no Rockman.
“Kenapa?” tanya Khalil dan Axel.
“Ini pertanda kalau kita adalah Member TMZI.” jelas Yasuhiro.
“Bisa nyala di malam hari?” tanya Faiz.
“Tepat sekali, dan aku sudah memakainya di gelangku.” Kata Yasuhiro sambil menunjukkan gelang yang juga berliontin yang sama.
“Tapi aku ragu dengan liontin ini. Ya sudahlah…” kataku khawatir sambil memakaikan liontin tersebut sebagai kalung.
Lalu semua liontin itu dikalungkan di leher seluruh Member TMZI. Termasuk Axel dan Khalil. Tak lama kemudian, bus yang membawa mereka ke dermaga Sunda Kelapa datang.
“Semuanya harap masuk semua. Sebentar lagi kita akan ke Pelabuhan yang akan mengantar kita ke Pulau Pramuka!” kata Panitia penyelenggara Jambore.
Mereka semua naik dan menuju ke Pelabuhan. Karena saling dorong-mendorong, tubuhku nyaris terjatuh setelah Axel menahan tubuhku. Namun entah kenapa aku dengan cepat berdiri dan tanganku menampar wajahnya hingga 3 kali.
“Maaf…” kata Axel mengelus wajahnya yang merah bekas tamparanku.
“Iya, tapi kita bukan Muhrim. Apalagi keyakinan kita lain.” Kesalku membetulkan pakaianku.
“Jadi ini yang namanya pelabuhan Sunda Kelapa?” tanya Peni.
“Ini pelabuhan yang konon dijadikan sejarah Jakarta.” Jawab Yasuhiro.
“Sangat bersejarah tempat ini.” tambah Septian.
“Semuanya, ayo naik ke Speed Boat.” Kata Panitia Penyelenggara.
“Eh, iya.” Kata Firdaus dan Septian.
Merekapun segera naik di long boat dan menikmati panorama kepulauan yang menghiasi pemandangan mereka selama perjalanan. Akupun segera mencari tempat duduk yang dekat dengan pemandangan alam. Namun beberapa saat kemudian Axel duduk di sebelahku dan mendengarkan musik yang sama denganku. Hingga akupun tertidur di pangkuannya.
“Kalian keliatan kayak udah jadi pacar ya.” Sindir Peni.
Mendengar sindiran itu, Axel lalu menyangkalnya.
“He! Aku aja baru bertemu. Masa’ mau aku jadiin pacar?” katanya membantah.
“Bohong ah.” Sindir Septian.
“Eh? Apa kita udah sampai?” kataku terbangun.
“Ini baru seperempat jalan. Udah bangun, malu dilihat yang lainnya kalo kamu tidur di pangkuanku.” Kata Axel menahan malunya.
Lalu tiba-tiba Khalil berbalik ke arah kami dan menyodorkan 2 potong kue.
“Yang mana? Cokelat atau blueberry?” tanya Khalil menawari.
Akupun memilih blueberry karena aku tahu kalau Axel suka rasa cokelat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar