27 Januari, 2012

Sandy Season 6 Episode 6

Sesampainya di Karang Nangkit, merekapun sudah siap dengan peralatannya. Tak terkecuali Deny yang terpaksa memakai Dive-tube meski sebenarnya ia lebih suka menyelam seperti penyelam tradisional. Merekapun terjun dan menikmati keindahan bawah laut yang membuat rasa penat mereka selama bekerja hilang semua. Merekapun mencari tempat untuk beristirahat sebentar. Ditambah saat mereka lapar, John, Fadly, dan Deny pula yang memburu hewan laut untuk dijadikan makan siang saat itu. Sheila tercengang campur kaget saat melihat hasil buruan Deny lebih banyak daripada John dan Fadly.
“kalau mau lagi, kuambilkan.”
“eh, tidak usah. Ini sudah cukup untuk makan siang kali ini.”
“ayo bakar sekarang. Apinya sudah besar nih.” Seru Sandy mengingatkan.
Merekapun membakar ikan hasil buruan dan menyantapnya disaat matahari sedang panas terik di garis khatulistiwa. Setelah waktu makan siang selesai, Sheilapun bicara pada Deny kenapa ia bisa memburu hewan laut lebih banyak daripada yang lainnya. Diam-diam, John dan Sandy menguping pembicaraan tersebut dari balik semak-semak.
“itu karena Deny ini sebetulnya...”
Kresek!! tiba-tiba mereka kaget saat mendengar suara tersebut. suara itu berasal dari semak-semak tempat Sandy dan John bersembunyi. Dan pohon didekat mereka bersembunyi juga ada Fadly dan Rista yang sedang mengambil rambutan liar.
“Who is there?”
Dan didekat Sandy ada seekor ular melintas dibalik semak tesebut. Telak saja, Sandy dan John langsung histeris dan membuat dahan tempat Fadly dan Rista patah. Ditambah semut yang menggigit tubuh John dan Fadly. Sheila dan Deny yang melihatnya langsung menyiram mereka berempat dengan air.
“jadi kalian menguping pembicaraan kami?” tanya Sheila kesal.
“sebenarnya yang kami cari...”
“ULAAAAARRR!!!!!” teriak Sandy masih histeris.
“dimana?” tanya Fadly cepat tanggap.
“itu.” Kata Sandy menunjukkan arah pohon di belakang Deny.
Melihat ular yang dimaksud berada diatas kepala Deny. Fadly menyuruh Deny tidak melakukan gerakan mendadak dan menangkap ular dengan mengangkat tubuh ular tersebut dengan hati-hati. Sialnya, Deny melompat dari tempatnya semula gara-gara siput dan membuat ular tersebut menggigit tangan Fadly. Beruntung ular tersebut termasuk jenis yang tidak beracun. Tetapi gigitan tersebut membuat kulit telapak tangannya robek 10 cm. Dengan pengobatan Sandy, luka robek di tangan Fadly bisa sembuh lebih cepat daripada biasanya.
Hari sudah beranjak sore, mereka harus segera pulang kembali ke Desa Kijing. Sialnya, bensin untuk bahan bakar Speedboat sudah menipis di Pulau Tengkawang. Ditambah stok persediaan bensin sudah kosong.
“bagaimana kita harus pulang? Sudah jam 15.45 nih.” Omel Sandy.
“biar aku saja yang mendorongnya ke Desa Kijing.”
“Bagaimana?”
Ristapun terjun ke dalam lautan dan memakai jurus Turbo Dash. Memang hal tersebut membuat mereka sampai pulang dengan selamat. Tetapi dampak yang dirasakan justru membuat Sandy, John, Fadly, dan Deny terjungkal di tepi pantai.
“kak Sandy, apa dia memang seperti itu?” tanya ketiganya meringis.
“kurang lebih.” Jawab Sandy pasrah.
“maaf ya, tadi jurusku jadi kayak gini.”
“sudahlah Rista, tidak usah dipikirkan.” Ringis keempatnya.
Di malam hari saat Fadly dan Rista tidur sekamar, Fadly sudah merasa tidak nyaman dengan Rista yang belakangan sering membuatnya jatuh dari tempat tidur. Iapun segera pindah tidur di bawah tempat tidur. Rista yang kadang-kadang suka Ngelindur alias tidur sambil berjalan menginjak tubuhnya hingga ia baru bisa tidur jam 01.00.
Keesokan paginya, Sandy melihat keadaan di kamar Rista sudah seperti ada kerusuhan didalam kamarnya dan Fadly ditemukan tertidur dengan muka dan badan seperti habis orang yang terkena pukulan sampai babak belur.
“Fadly, bangun Fadly. Kamu harus kerja.”
“ini kan hari sabtu, bukan jadwal kerjaku.” Kata Fadly masih merasa ngantuk.
“Heh, bangun. Kuobati lukamu dulu.”
“iya deh.”
Sandypun mengobati lukanya dan memberinya sarapan pagi.
“Fadly, kakak mau tanya, belakangan ini kamu sering tidur tidak seranjang. Kenapa?”
“itu karena Rista belakangan ini sering Ngelindur.”
“maaf Ly, kalo aku tadi...”
“sudahlah tidak apa-apa. Kak Sandy, Fadly mau berenang dulu dengan Kak John dan Deny.”
“iya hati-hati, tapi...”
“Tapi apa?”
“sudahlah, pergi saja.” Kata Rista mendorong Fadly.
“maksud kak Sandy apa? Fadly heran.”
“memangnya kamu mau berenang pake sarung yang semalam kamu pake??”
Mendengar sindiran Sandy. Fadlypun segera ke kamar dan mengganti sarung yang disangkut di pinggangnya dengan memakai celana renang. Deny dan John yang berada dibalik tembok tertawa cekikikan mendengar omelan Sandy pada Fadly.
“hati-hati,” kata Rista.
Di pantai, John dan Deny masih saja cekikikan. Fadly kesal dengan John dan Deny yang malah mentertawainya. Sampai suatu saat....
DUKKK! GUBRAAKK!!! BREEKK!!! John jatuh tersandung pagar pembatas jalan dan membuat pakaiannya menjadi sobek 30 cm di bagian belakang. Orang-orang di sekitar John tertawa terpingkal-pingkal. Dan mungkin menjadi upaya ‘balas dendam’ bagi Fadly.
“sudahlah, ayo berenang. Keburu siang nanti.” Kata Deny menahan tawanya.
Sesampainya di tepi pantai, merekapun berenang di tengah pasang air laut sedang berlangsung. Kadang-kadang, belitan rumput laut membuat mereka sulit untuk melepaskan diri. Dan terkadang, para banci kaleng yang berenang di pantai itu juga membuat mereka berniat untuk mengurungkan niat untuk berenang lebih lama karena merasa geli.
“eh, Ciin jangan tinggalin kita dong.”
“maaf ada urusan mendadak!” kata Fadly, John dan Deny berlari tunggang langgang meninggalkan mereka yang tanpa disadari ada kepiting menempel di kepala mereka bertiga.
Merekapun berlari pulang menuju ke rumah mereka masing-masing termasuk Fadly yang terlihat terengah-engah.
“cepat sekali kalian berenang.”
“soalnya ada ‘Invasi’ ubur-ubur.”
“kalau begitu cepat mandi.”
“iya,” Fadlypun segera mandi dan membasuh kepalanya yang sebenarnya ada kepiting sudah menunggu untuk mencapit tangannya. Dan saat ia akan menyampo rambutnya...
“AAAAUUUUWWW!!!” teriakan yang terjadi pada Fadly, John, dan Deny hampir bersamaan yang membuat warga di sekitar rumah kaget dengan teriakan mereka yang cukup keras.
Siang harinya, John, Fadly dan Deny berkumpul di rumah Sandy untuk membantu Sandy dan Rista membuat hiasan kulit kerang. Tiba-tiba, GUBRAKK!! Aji menabrak tong sampah didepan rumahnya. Tikus-tikus yang baru dibuang oleh Rista terbang dan mendarat tepat di kepala Sandy, Rista, John, Fadly, dan Deny. Merekapun panik dan tanpa disadari mereka membuang tikus tersebut ke arah Aji, Nadine, Mistin, dan Rully. Rasa panik yang ada pada Sandy, Rista, John, Fadly, dan Deny berpindah ke Aji, Nadine, Mistin, dan Rully. Ditambah jatuhnya puluhan ekor ulat bulu dari atas pohon mangga di rumah Sandy melengkapi rasa takut dan panik dan Sandy cs yang membuat Ibu Ratih, Mang Udin, Om Hendra, Ari cs, dan Om Panji yang sedang lewat terpaksa harus mengevakuasi mereka dari pohon yang terkena dampak ulat bulu dan meminimalisir rasa gatal Sandy akibat serangan ulat bulu yang belakangan ini meresahkan warga Desa Kijing.
“setelah pulang, kalian harus mandi sedikit lebih lama. Soalnya, ulat bulu yang menyerang kalian sudah tercampur dengan bau tikus-tikus yang baru kalian buang.”
“kok bisa?” tanya Aji.
“bau sampah di tempat sampah yang kalian letakkan itu ada di bawah pohon yang penuh ulat bulu.”
“HAH! Rista. Kau tadi buang tikus-tikus yang tadi kemana?” tanya Sandy.
“tempat sampah yang ada dibawah pohon mangga depan rumah.”
“ya ampun, Rista…”
“katanya dibuang ke tempat sampah.”
“maksud kakak itu yang berada dibelakang rumah. Bukan di depan rumah.” Omel Sandy kesal.
“lalu yang untuk didepan rumah itu untuk sampah apa?”
“itu sampah plastik. Yang dibelakang itu sampah organik.”
“Bilang dari tadi dong kak. Tahu begini, coba ku buang di belakang rumah.”
Sandy dan Rista terus saja berdebat hingga sore sudah menjelang.

Sandy Season 6 Episode 5

“Merry memberitahuku satu hal jauh sebelum semua ini terjadi.”
“apa yang dia katakan?” tanya Sandy dan Mistin.
“ini pertanda Karina akan datang lagi. Tapi belum tahu waktunya kapan akan terjadi.”
“kakekku benar,” gumam Fadly khawatir.
“mungkin dalam waktu 2-3 bulan kedepan, Karina akan menyerang Desa Kijing.”
Namun, tiba-tiba...
“Mama! Om Fadly, ada tengkorak di depan rumah...” kata Manda menjerit ketakutan.
Dan disaat yang hampir bersamaan. Mang Udin dan Pak Anwar datang dengan lari tunggang langgang.
“Sandy cs, ada 3 kerangka tergeletak di depan lapak saya.!!!”
“Hah? Lalu apa lagi sekarang??”
 “kalau begitu, cepat panggil yang lainnya. Semakin hari semakin banyak saja mayat bergelimpangan.”
Warga Desa Kijing bergotong royong membawa 5 mayat kerangka manusia kedalam kamar otopsi di rumah Mistin. Dan saat diidentifikasi John dan Rully, hanya satu orang saja yang tidak mereka kenali siapa namanya.
“Rista, tolong beritahu semua pengunjung di Desa Kijing. Karena, aku dan Rully tidak mengenal tengkorak yang berbaju putih ini. Pasti dia ini turis yang berkunjung di desa ini.” Perintah John.
“baiklah,”
“Fadly dan Kak Sandy, beritahu keluarga yang merasa mengenali keempat orang yang sudah kuidentifikasi ini. Ini daftarnya,
Yang memakai kacamata hitam itu adalah Donny,
Yang memakai celana pendek merah tua itu, Pak Somad
Yang memakai gelang plastik itu, sepertinya Kesha karena dia masih kecil.
Dan yang terakhir....”
“siapa yang terakhir?”
“aku tak bisa bilang hal ini pada keluarganya, karena dia itu adalah...”
“Siapa kak John?”
Namun, John menjatuhkan daftar korban Karina didepan mereka berdua sambil pergi menangisi seperti seseorang yang ia sayangi. Sandy dan Fadlypun melihat daftar orang yang dimaksud. Fadly terkejut saat di daftar itu tertulis nama Isna Maulana Abdullah yang merupakan saudara sepupunya dan sekaligus kekasih John. Fadlypun menuju ke rumah John namun di rumah itu hanya ada Ayahnya.
“Om, kak Johnnya ada?”
“maaf Fadly, dia hari ini tidak bisa diganggu dulu. Sebaiknya kau bicarakan dulu pada saya, nanti saya sampaikan padanya.”
“kalau begitu, Fadly mau ngobrol dengan Om sendiri Boleh?”
“boleh, ada apa ya?”
“ini berkaitan dengan masalah kak John.”
“kenapa dengan John?”
“ini.” Kata Fadly menyodorkan daftar tersebut.
Tak kalah terkejutnya, Ayahnya John kaget saat melihat di daftar itu tertulis nama calon tunangannya John.
“mungkin karena inilah dia jadi seperti itu, memang 2 minggu yang lalu. Tetua dan Ayahnya Isna merestui hubungan Isna dan John. Dan John sudah membeli cincin untuk pernikahannya nanti. Namun ternyata Isna lebih dulu mati ketimbang dirinya.”
“Ayah, Fadly, kalian benar. Aku begini karena Isna.”
“Kak John?!”
“akhirnya kau mengakuinya juga. Fadly, makasih ya, sudah memberitahukan hal ini pada saya. Dan tolong beritahu dengan pamanmu, peresmian pertunangan John dan Isma mau saya batalkan.”
“nanti akan saya sampaikan. Terima kasih Om.” Kata Fadly meninggalkan rumah John.
“dan John, tolong bicarakan hal tersebut.”
Dan di rumah Tetua, Fadlypun menceritakan semuanya pada Tetua, Ayahnya, dan Pamannya.
“saya juga tahu, Ly. Apa katanya mau dibatalkan pertunangannya?”
“ayahnya sudah bilang.”
“kalau begitu, besok kita akan mengadakan ritual sederhana untuk pemakaman Isna. Dan lusa nanti akan saya laksanakan Pembatalan pertunangan temanmu.” Kata Tetua.
“saya tidak menyangka Nak, kalau saudaramu meninggal dengan cara seperti itu.”
“Fadly saja baru tahu kalau hal seperti ini terjadi pada sepupuku.”
Keesokan harinya, semua warga berkumpul untuk memakamkan Isna yang sudah menjadi tengkorak ke liang lahat. John menangis sejadi-jadinya saat jenazah kekasihnya akan dikubur di sebelah makam ibunya.
“sudahlah, ikhlaskan saja.” Bisik Fadly yang juga terisak-isak.
Di hari selanjutnya, ritual pembatalan pertunangan pun dilaksanakan. John masih saja terisak-isak saking sayangnya dengan kekasihnya tersebut.
“Ya ampun, apa sebegitu sayangnya pada saudaraku sampai seperti itu?” gumam Fadly keheranan. Bahkan keesokan harinya saat Fadly dan Sandy selesai bekerja, John termangu di di bibir pantai sambil memikirkan Isna. Fadly semakin kesal dan segera menghampiri John.
“Kak John, Fadly mau bicara.”
Namun John tidak bereaksi sama sekali. Lalu Fadlypun mengecek aliran darahnya. Masih hidup pikirnya.
“kak Sandy tolong kesini.”
“ada apa Fadly.”
“Fadly heran, tadi Fadly ajak ngomong, dia nggak bergerak. Tapi Fadly cek aliran darahnya, dia masih hidup. Kenapa ya dengannya?”
“dia akan seperti itu jika dia depresi atau Shock.”
“Om?” kata Fadly dan Sandy kaget.
“cara agar dia bisa bergerak lagi adalah injak kakinya. Seperti ini!” kata Om Hendra sambil menginjak kaki putra semata wayangnya.
“ADUH! Pa, sakit.” Kata John meringis kesakitan.
“kak John tadi kenapa termenung?”
“kak John cuma mikirin Sheila. Bukan Isna lagi.”
“Sheila?” kaget Om Hendra.
Sheila tiba-tiba datang dan mengajak John menyelam ke karang Nangkit.
“boleh, tapi apa boleh kau mengajak serta Sandy, Fadly dan Rista?”
Sheila mengangguk setuju.
“kalau begitu. Cepat ajak Rista dan siapkan perlengkapan Diving kalian!”
“iyaaa!!!” Sandy dan Fadlypun pergi mengambil perlengkapan Diving lalu kembali lagi.
tiba-tiba, Deny datang menghampiri Sheila.
“Deny boleh ikut?”
“boleh dong.” Kata Sheila dengan bahasa Indonesianya masih kaku.
“but are you can Diving?”
“Sheila, kujelaskan ya. Sebenarnya dia bisa. Tetapi dia lebih suka menyelam tanpa tabung.”
“Why John?”
“because....” tetapi Fadly menyekap mulut John.
“kak John jangan bilang dengan orang lain kalau dia itu...”
“Fishboy huh?”
“darimana kau bisa tahu?”
“Sanny dan Aji menceritakannya padaku. Sudahlah ayo ke Nangkit Atols.”
“ayo.” Merekapun ke Nangkit Atols dengan Speedboat milik Om Hendra.















Sandy Season 6 Episode 4

“Kakek, apa ada jurus yang bisa menangkal Karina mengincar kami?”
Lalu Tetua mengambil Little Siren-Flute dan mengalungkannya pada mereka.
“hanya ini yang bisa menetralkan efek dari jurus Karina.”
“terima kasih kek, mungkin ini pemberian terakhir dari kakek yang kusayangi.”
“kakek juga begitu.” Kata tetua memeluk Fadly. Fadlypun juga terisak-isak meratapi nasibnya yang akan menemui ajal 2 bulan lagi.
 Semakin hari banyak warga Desa Kijing maupun desa-desa disekitarnya menjadi korban keganasan Karina yang semakin suka memakan daging manusia. Sifat kanibal Karina sesungguhnya sudah ada sejak ia menjadi manusia sebelum akhirnya ia menjadi manusia selamanya karena melanggar aturan di keluarganya.
“semakin banyak saja yang menjadi korban,” kata John.
“mulai saat itu, Sheila cs dan teman-teman kita yang lain mulai mengawal kita kemanapun kita pergi.” Jelas Sandy.
“tapi kenapa ya mereka masih tinggal disini?”
“karena kami diusir oleh kepala desa Mulaha, mereka tidak mau ada pertumpahan darah di Jakarta. Sudah begitu, Gayus Tambunan* mencuri aset kami dan kami dianggap pencuri tanah olehnya. Karena takut diusir oleh Satpol PP yang disuruh orang tersebut, kami berencana pergi dan pindah markas disini sebelum jatuh tempo yang ditetapkan.”
“lalu kalian mau tinggal dimana?”
“itulah yang sedang kami pikirkan saat ini. Kami ingin markas kami terletak di tepi pantai seperti markas kalian. Dan agak jauh dari pusat kota.”
“Markas yang jauh dari pusat kota....Aku tahu kak Sanny.” Seru Deny.
“dimana Deny?”
“rumah lamaku. Maksudku di Pulau Tengkawang, disana kalian bisa bercocok tanam dan sekaligus bisa belajar mengenai Ilmu Pengobatan. Besok, kalian siapkan semua barang-barang kalian. Setuju?”
“Setuju!” seru Sheila cs.
Keesokan harinya, merekapun bersiap-siap dengan barang-barang mereka. Sebelum berangkat, John mengecek kondisi kapal yang digunakan, jumlah bahan bakar dan bahan makanan yang akan dibawa kesana.
“semuanya OK, kalian bisa pindah disana sekarang.”
“tunggu sebentar, kalau ada apa-apa, apa kami boleh ikut?” tanya Sandy cs.
“tentu saja, kami membutuhkan kalian jika ada sesuatu.”
Sandy cspun membawa Sheila cs ke Pulau tengkawang. Sesampainya disana, mereka melihat rumah yang cukup luas untuk mereka dan fasilitasnya tak jauh banyak seperti saat mereka tinggal di markas yang lama. 
“Bagus sekali, tapi apa yang ada disana, Deny?”
“disana? Itu adalah laguna, konon laguna itu sering dimanfaatkan untuk pengobatan. Kalau kalian mau berenang, berenang saja. Tapi hati-hati, dasarnya sangat dalam daripada di lautan tadi, sekitar 600 m.”
“airnya seperti air laut. Tapi ini lebih nyaman.”
“dan harus kalian ketahui, air laguna ini sangat beracun bagi manusia gurita. Apalagi pada para Kanibalisme. Konon, orang yang mandi disini akan ditolak oleh para Kanibal karena mereka tidak bisa mengoyak kulit manusia yang mandi di laguna ini.”
“oh, begitu.” Kata Sandy, dan Fadly pura-pura tidak tahu.
“bahkan Jinchuuriki dapat meminum airnya secara langsung.”
John, Sandy, Rista, Fadly, dan Ajipun meminum air tersebut. ternyata bagi Jinchuuriki, air asin laguna tidak terasa di lidah mereka.
“segar seperti air biasa.”
“kalau begitu kita berenang yuk.”
“tapi kami....”
“ah, bukan alasan.” Lalu Fadlypun mengeluarkan gulungannya dan melemparkannya ke atas langit, lalu iapun melepaskan semua segel didalam gulungan tersebut. dan alhasil, pakaian mereka menjadi Dive-suit. Merekapun segera berlari dan melompat kedalam laguna.
“boleh juga dipakai untuk berenang,” Sindir Richie.
“awas Chi ada...” belum selesai Vino mengatakan sesuatu pada Richie, tiba-tiba kepala Richie terbentur batang pohon.
“hehehe...aku tidak apa-apa kan?” kata Richie yang tidak menyadari ada darah mengalir di hidungnya. Semuanya tersentak kaget dan segera menarik Richie ke daratan. Lalu Fadly dan Nadine segera memulihkan luka Richie di bagian kepalanya.
“kenapa denganku?”
“nih.” Kata Sandy sambil menyodorkan cermin pada Richie. Melihat darah mengalir di hidungnya, Richiepun langsung pingsan saking takutnya pada darah.
“kalau dia pingsan, kita bisa mengobatinya lebih maksimal daripada Aji kemarin.” Bisik Mistin pada Fadly dan Nadine.
Malam harinya, kepala Richie diperban seperti saat Aji mengalami hal yang sama pada Richie.
“Nggak Richie, nggak Aji, mereka sama-sama nggak tau keadaan sekitar dan diri sendiri.”
“tapi perbedaannya hanya Richie yang pingsan jika melihat darah. Tapi Aji tidak.”
“kita sama-sama Ninja yang bersifat terbuka, tapi perbedaan antara kita setipis kertas ini.”
“perbedaannya, karena Ekonomi Sheila cs jauh lebih baik daripada kita.”
“tapi tolong carikan kami pekerjaan. Soalnya, kami membutuhkan pekerjaan yang bermanfaat bagi orang lain.”
“apa kalian bisa Surfing?” tanya Aji.
“hanya Richie yang tidak, tapi dia bisa berjualan air kelapa dengan Nenek Ihra.”
“Bisa Diving.” Tanya Rista.
Semuanya mengangkat tangan.
“kalau begitu apa kalian bisa membuat kerajinan?” tanya Sandy.
Sunyi, hanya terdengar bunyi jangkrik diluar rumah. Tidak ada satupun yang mengangkat tangan.
“kalau begitu, mulai lusa nanti, kita akan membuat kembali kerajinan yang terbuat dari kulit kerang. Pekerjaan yang biasa kita lakukan seperti menyewa Instruktur Diving adalah yang terakhir.”
“apa? Lalu Fadly dan Indra harus bekerja dimana?”
“Restoran Ibu Rina, ‘kan dulu kita juga kerja disana.”
“apa aku juga boleh kerja disana?” tanya Vino.
“Oh ya, aku lihat kertas yang ditempel di pohon kelapa depan rumah kalau Ibu Rina butuh 5 orang karyawan lagi. Jadi Ibu Rina mungkin membutuhkan kalian lagi.”
“kalau begitu, besok kita berangkat! Ada yang setuju?”
“aku juga lagi cari kerjaan di Desa Kijing. Jadi aku setuju.”
“I’m Too! Nanda. Aku setuju.”
“Sheila, apa kau bisa berbahasa Indonesia lagi?”
“Sedikit saja.” Kata Sheila masih terasa bahasa asingnya.
“kalau semuanya setuju, berarti lusa nanti kita akan kembali menjadi pengrajin kulit kerang.”
“Setuju!!!!!” seru semuanya.
Keesokan harinya merekapun menjalani pekerjaan terakhir mereka sebagai penyewa peralatan pantai. Sementara itu, Vino, Fadly dan Indra menuju restoran Ibu Rina. Dan kebetulan sekali Ibu Rina sedang mencari mereka bertiga untuk menambah tenaga kerja di Restorannya.
“kebetulan sekali, aku sedang mencari kalian. Semua karyawanku banyak yang berhenti atau yang menjadi korban pembunuhan belakangan ini. Tapi yang jelas saya akan menerima kalian kembali sebagai karyawan saya.”
“sebenarnya, kami juga ingin bilang begitu, tapi ya sudahlah. Demi Bu Rina juga sih.”
“dan kamu siapa?” tanya Ibu Rina pada Vino.
“saya Vino. Saya baru pindah kesini. Mau cari pekerjaan tetap.”
“oh, kebetulan sekali, saya juga butuh tenaga yang lain untuk membantu usaha saya.” Kata Ibu Rina tersenyum sambil melihat fisik Vino yang segar.
“kelihatannya, Vino Pasti disuruh jadi tukang antar barang.” Gumam John.
“kak John, ayo pulang, kita baru bisa kerja di sini besok.” Ajak Vino mengingatkan.
“oh iya, makasih ya Bu,”
“sama-sama, tapi...”
Belum selesai Ibu Rina mengatakan sesuatu, tiba-tiba Vino dan Fadly menabrak sebuah tiang listrik. John awalnya tertunduk menyembunyikan kesialannya. Namun beberapa saat kemudian, Vino dan Fadly mengalami gejala seperti Aji dan Richie sebelumnya. Sandy dan Rista yang sedang lewat kaget saat melihat darah mengalir di hidung Vino dan Fadly. Mereka langsung saja dibawa ke rumah Mistin untuk mengobatinya.
Setelah diobati, merekapun akhirnya memanggil yang lainnya dan membicarakan hal yang dialami Vino dan Fadly di rumahnya.
“belakangan ini sering terjadi hal seperti ini sejak ada kasus pembunuhan yang membuat korbannya mati menjadi tengkorak permanen. Apa ada kaitannya ya?”
“kurasa iya, kak Mistin.”
“Rully?”







12 Januari, 2012

Sandy Season 6 Episode 3

Mistin pun membelitkan perban di kepala Aji untuk mengentikan pendarahan yang lebih parah lagi.
“sekarang sudah tidak apa-apa. Tapi kalau terjadi seperti ini lagi untuk ketiga kalinya, dia bisa-bisa mengalami gegar otak permanen.”
“oh begitu ya.”
“eh, Fadly, dan Kak John. Kata kak Ranita ada siaran langsung dari Pulau Dato’ kita harus berkumpul di Pondok no. 3 sekarang juga.” Seru Vino dari luar rumah Mistin.
“Siaran langsung? Pantas saja Ranita tadi memanggil Kak Sandy ke rumah Ibu Ratih.”
“udahlah cepetan!”
Lalu merekapun pergi menuju pondok no. ketiga untuk melihat siaran langsung di pulau Dato. Ternyata sudah banyak orang-orang Desa Kijing ingin menonton siaran langsung tersebut. Melihat Fadly, John, Mistin dan Aji berdiri dari belakang kerumunan tersebut, semua warga Desa Kijing langsung mempersilahkan mereka untuk duduk di depan.
“kapan siaran langsungnya? Kok TV ini banyak semutnya??” tanya Aji.
“TUUUUHHH!!!” jawab seluruh warga Desa Kijing sambil menunjuk ke arah Richie yang sedang mencari posisi yang bagus untuk meletakkan antena TV.
“kekiri lagi, Chi!” seru Dirga.
Beberapa jam kemudian, layar TV kembali bersih. Dan di layar TV. Ternyata, masih menayangkan sinetron yang sedang tren. Tentu saja itu membuat orang yang sedang menunggu agak kecewa. Namun, tiba-tiba muncul acara yang mereka maksud.
“Selamat malam, kami baru mendapat informasi bahwa telah terjadi pembunuhan yang berlokasi di Pulau Dato. Untuk lebih jelasnya, sekarang kita tersambung dengan rekan kami Rista Cylista langsung dari tempat kejadian perkara. Selamat malam Rista?”
“iya, Farel. Sekarang saya bersama Sandy Cylista dan Ibu Ratih selaku warga Desa Kijing yang mengetahui kalau ada warganya yang meninggal disini. Bisa anda ceritakan bagaimana bisa terjadi?”
“ya, saat kami akan mengunjungi pemilik mercusuar di pulau ini. Kami merasakan ada kecurigaan di sekitar kami saat kami berkunjung.”
“dan saat kami memasuki mercusuar, kami baru mengetahui bahwa orang yang kami hormati tewas mengenaskan seperti ini.”
“dan sampai saat ini polisi dan pihak terkait lainnya masih menyelidiki penyebab kematian penjaga mercusuar tersebut. dari Rista Cylista melaporkan langsung dari Pulau Dato’, kita kembali bergabung di Studio bersama Farrel Febrino.”
“terima kasih pada rekan kami, Rista Cylista dan selamat bertugas kembali. Sekian Breaking News kali ini dan selamat malam.” Kata penyiar tersebut mengakhiri siarannya.
Melihat siaran tersebut, semua orang yang menontonnya tercengang, termasuk Sandy cs. Fadly dan John tidak menyangka kalau Rista akan mewawancarai Sandy dan Ibu Ratih selaku saksi mata di tempat kejadian tersebut. Parahnya lagi, kakek John yang sudah tinggal ber-puluh-puluh tahun disana tewas mengenaskan. John merasa terpukul dengan apa yang terjadi pada kakeknya.
Keesokan harinya, Desa Kijing gempar dengan ditemukannya mayat yang sudah menjadi kerangka di tengah jalan raya yang sedang ramai. John mengetahui jasad orang tersebut.
“Nesha Arfinda.” Katanya mengidentifikasi mayat tersebut.
Ditempat lain, ditemukan mayat yang kondisinya sama tersangkut di jaring nelayan Desa Bandeng di Pulau Temajo. Melihat mayat seperti itu, semua warga desa Bandeng menjadi ketakutan.
Malam harinya, Sandy membicarakan apa yang terjadi pagi hari di Jalan raya dan di Desa Bandeng pada Sandy cs dan Sheila cs.
“semenjak ditemukannya mayat di mercusuar, baru kedua dan ketiga kalinya hal seperti ini terjadi.”
“iya, aku masih penasaran dengan kematian kakekku yang mendadak.”
“untuk itulah kita harus mengetahui penyebab hal ini terjadi begitu saja. Untuk hari ini kita bubar dulu.” Kata Sandy mengakhiri pembicaraanya.
Keesokan harinya, warga Desa Kijing kembali gempar dengan sebuah kerangka manusia yang diduga adalah mayat terbaru di Desa Kijing. Ibu Ratih sempat kesulitan mengotopsi kerangka tersebut. namun setelah dilihat lagi, Fadly dan Sandy mengenali kerangka itu dari giginya.
“inikan Pak Lim yang dulunya bekerja dengan Mang Udin.” Kata mereka kaget.
“eh? Yang benar saja?” kata Sanny tercengang.
“dilihat dari susunan giginya, dialah Pak Lim.” Tambah John membenarkan.
Namun, tiba-tiba Rully memasuki ruang Otopsi.
“Gawat Ibu Ratih, Barry dan Risma ditemukan persis seperti Pak Lim.”
“APA KATAMU???” tanya Ibu Ratih tak kalah kagetnya.
Lalu disaat itu juga Sheila memasuki Ruang Otopsi.
“Sandy team, I Found the dead skull in a Nangkit Atols!!”
“What??? Are you sure?” tanya Rista dalam bahasa Inggris.
“What him or her gender???” tanya Fadly juga dalam bahasa Inggris.
“Male. And he’s wearing a Diving sets.”
“apa? Diserang saat sedang menyelam disana?” tanya John dalam hati.
Lalu datang sekelompok orang yang masing-masing membawa kantong-kantong yang berisi mayat yang dimaksud.
“Ibu Ratih! Mayat-mayatnya sudah kami evakuasi!” kata Ari.
“bagus, lalu kalian panggil tim yang lainnya.”
“Baik!”
“Rully tolong panggil Merry.”
Lalu iapun menggoreskan jarinya
“KUCHIYOSE NO JUTSU!!!”
Blufff!!! Mereka kaget saat melihat Merry muncul dalam keadaan takut dengan sesuatu.
“ada apa Merry?”
Namun Merry tidak menjawab saking takutnya.
“kalau begitu panggil hewan kalian masing-masing untuk melihat apa yang terjadi pada dunianya.”
Merekapun mengangguk setuju. Lalu merekapun menggoreskan jarinya.
“KUCHIYOSE NO JUTSU!!!”
Meski sudah memanggil mereka ternyata ekspresi mereka sama saja kecuali Hebikyuu yang terlihat seperti sedang mencari-cari sesuatu.
“ternyata kau yang tidak apa-apa, tapi apa yang kau cari?”
“mayat selanjutnya.” Katanya.
“mayat selanjutnya?”
“Tobi bilang, pembunuhnya adalah orang yang tidak asing bagi kalian.”
“Siapa dia?” tanya Ibu Ratih.
“Karina.”
“Karina???” kaget semuanya.
“orang itulah yang membuat dunia kami menjadi resah seperti ini.”
“banyak daftar lumba-lumbaku yang hilang di gulungan ini. Termasuk kakakku tuan putri.”
“berarti didunia kalian, Karina juga mengincar kekuatan Hewan Kuchiyose?”
“iya, kak Wanishimaru sudah menjadi korban Karina.”
“APA? Wanishimaru juga?”
“dan aku ingin bertanya pada Rully. Hari ini berapa banyak turis yang menyelam di Karang Nangkit??” tanya John curiga.
“sejauh ini sedang tidak ada turis yang sedang menyelam disana.”
“but Why I Found the dead skull in a Nangkit Atols?” tanya Sheila.
“Wait a minutes.” Rullypun mencari tahu siapa yang saat itu ada di Karang Nangkit dengan mengirim SMS pada Ibu Risha dan Indra. Beberapa saat kemudian, Rully menerima SMS yang tertulis...
<From : Indra>
“Saat itu sedang ada si Tigor dan Rudi disana. Memangnya ada apa?”
Iapun membalasnya dengan SMS seperti ini.
<To : Indra>
“aku menemukan salah satu dari mereka sudah menjadi tengkorak.”
Melihat tulisan di SMS itu, Indrapun langsung menuju ke rumah Mistin. Merekapun bertemu dengan Indra yang mendadak muncul melihat SMS yang dikirim oleh Rully. Mayat penyelam yang dibaringkan di dalam kantong mayat berwarna merah dilihat oleh Indra. Beruntung Indra mengenali siapa yang telah menjadi korban lewat Dive-suit yang digunakan. Namun, tiba-tiba Rudi datang dengan lari tunggang-langgang.
“Tigor dimana?”
“kalau kau masih hidup...berarti yang menjadi tengkorak ini...” kata Sandy menyimpulkan dengan penuh ketakutan.
Semua terdiam ketakutan saat mayat tengkorak yang mereka lihat adalah...
“TIGOOORRR!!!!”
Lalu Sandy dan Fadlypun bertanya pada Merry siapa korban selanjutnya. Mereka tercengang saat ia menyebut 2 bulan lagi setelah kejadian tersebut korban yang menjadi incaran Karina adalah Sandy, Fadly, Rista, dan Deny. Tentu saja mereka menjadi sedikit berwaspada terhadap Jinchuuriki mereka. Bahkan tetua membenarkan hal tersebut dengan terisak-isak pada cucu satu-satunya.
“bersiaplah, kalian akan menjadi korban selanjutnya 2 bulan lagi. Karena saat ini Karina sedang mengincar orang-orang yang level ninjanya yang paling rendah.”