12 Januari, 2012

Sandy Season 6 Episode 3

Mistin pun membelitkan perban di kepala Aji untuk mengentikan pendarahan yang lebih parah lagi.
“sekarang sudah tidak apa-apa. Tapi kalau terjadi seperti ini lagi untuk ketiga kalinya, dia bisa-bisa mengalami gegar otak permanen.”
“oh begitu ya.”
“eh, Fadly, dan Kak John. Kata kak Ranita ada siaran langsung dari Pulau Dato’ kita harus berkumpul di Pondok no. 3 sekarang juga.” Seru Vino dari luar rumah Mistin.
“Siaran langsung? Pantas saja Ranita tadi memanggil Kak Sandy ke rumah Ibu Ratih.”
“udahlah cepetan!”
Lalu merekapun pergi menuju pondok no. ketiga untuk melihat siaran langsung di pulau Dato. Ternyata sudah banyak orang-orang Desa Kijing ingin menonton siaran langsung tersebut. Melihat Fadly, John, Mistin dan Aji berdiri dari belakang kerumunan tersebut, semua warga Desa Kijing langsung mempersilahkan mereka untuk duduk di depan.
“kapan siaran langsungnya? Kok TV ini banyak semutnya??” tanya Aji.
“TUUUUHHH!!!” jawab seluruh warga Desa Kijing sambil menunjuk ke arah Richie yang sedang mencari posisi yang bagus untuk meletakkan antena TV.
“kekiri lagi, Chi!” seru Dirga.
Beberapa jam kemudian, layar TV kembali bersih. Dan di layar TV. Ternyata, masih menayangkan sinetron yang sedang tren. Tentu saja itu membuat orang yang sedang menunggu agak kecewa. Namun, tiba-tiba muncul acara yang mereka maksud.
“Selamat malam, kami baru mendapat informasi bahwa telah terjadi pembunuhan yang berlokasi di Pulau Dato. Untuk lebih jelasnya, sekarang kita tersambung dengan rekan kami Rista Cylista langsung dari tempat kejadian perkara. Selamat malam Rista?”
“iya, Farel. Sekarang saya bersama Sandy Cylista dan Ibu Ratih selaku warga Desa Kijing yang mengetahui kalau ada warganya yang meninggal disini. Bisa anda ceritakan bagaimana bisa terjadi?”
“ya, saat kami akan mengunjungi pemilik mercusuar di pulau ini. Kami merasakan ada kecurigaan di sekitar kami saat kami berkunjung.”
“dan saat kami memasuki mercusuar, kami baru mengetahui bahwa orang yang kami hormati tewas mengenaskan seperti ini.”
“dan sampai saat ini polisi dan pihak terkait lainnya masih menyelidiki penyebab kematian penjaga mercusuar tersebut. dari Rista Cylista melaporkan langsung dari Pulau Dato’, kita kembali bergabung di Studio bersama Farrel Febrino.”
“terima kasih pada rekan kami, Rista Cylista dan selamat bertugas kembali. Sekian Breaking News kali ini dan selamat malam.” Kata penyiar tersebut mengakhiri siarannya.
Melihat siaran tersebut, semua orang yang menontonnya tercengang, termasuk Sandy cs. Fadly dan John tidak menyangka kalau Rista akan mewawancarai Sandy dan Ibu Ratih selaku saksi mata di tempat kejadian tersebut. Parahnya lagi, kakek John yang sudah tinggal ber-puluh-puluh tahun disana tewas mengenaskan. John merasa terpukul dengan apa yang terjadi pada kakeknya.
Keesokan harinya, Desa Kijing gempar dengan ditemukannya mayat yang sudah menjadi kerangka di tengah jalan raya yang sedang ramai. John mengetahui jasad orang tersebut.
“Nesha Arfinda.” Katanya mengidentifikasi mayat tersebut.
Ditempat lain, ditemukan mayat yang kondisinya sama tersangkut di jaring nelayan Desa Bandeng di Pulau Temajo. Melihat mayat seperti itu, semua warga desa Bandeng menjadi ketakutan.
Malam harinya, Sandy membicarakan apa yang terjadi pagi hari di Jalan raya dan di Desa Bandeng pada Sandy cs dan Sheila cs.
“semenjak ditemukannya mayat di mercusuar, baru kedua dan ketiga kalinya hal seperti ini terjadi.”
“iya, aku masih penasaran dengan kematian kakekku yang mendadak.”
“untuk itulah kita harus mengetahui penyebab hal ini terjadi begitu saja. Untuk hari ini kita bubar dulu.” Kata Sandy mengakhiri pembicaraanya.
Keesokan harinya, warga Desa Kijing kembali gempar dengan sebuah kerangka manusia yang diduga adalah mayat terbaru di Desa Kijing. Ibu Ratih sempat kesulitan mengotopsi kerangka tersebut. namun setelah dilihat lagi, Fadly dan Sandy mengenali kerangka itu dari giginya.
“inikan Pak Lim yang dulunya bekerja dengan Mang Udin.” Kata mereka kaget.
“eh? Yang benar saja?” kata Sanny tercengang.
“dilihat dari susunan giginya, dialah Pak Lim.” Tambah John membenarkan.
Namun, tiba-tiba Rully memasuki ruang Otopsi.
“Gawat Ibu Ratih, Barry dan Risma ditemukan persis seperti Pak Lim.”
“APA KATAMU???” tanya Ibu Ratih tak kalah kagetnya.
Lalu disaat itu juga Sheila memasuki Ruang Otopsi.
“Sandy team, I Found the dead skull in a Nangkit Atols!!”
“What??? Are you sure?” tanya Rista dalam bahasa Inggris.
“What him or her gender???” tanya Fadly juga dalam bahasa Inggris.
“Male. And he’s wearing a Diving sets.”
“apa? Diserang saat sedang menyelam disana?” tanya John dalam hati.
Lalu datang sekelompok orang yang masing-masing membawa kantong-kantong yang berisi mayat yang dimaksud.
“Ibu Ratih! Mayat-mayatnya sudah kami evakuasi!” kata Ari.
“bagus, lalu kalian panggil tim yang lainnya.”
“Baik!”
“Rully tolong panggil Merry.”
Lalu iapun menggoreskan jarinya
“KUCHIYOSE NO JUTSU!!!”
Blufff!!! Mereka kaget saat melihat Merry muncul dalam keadaan takut dengan sesuatu.
“ada apa Merry?”
Namun Merry tidak menjawab saking takutnya.
“kalau begitu panggil hewan kalian masing-masing untuk melihat apa yang terjadi pada dunianya.”
Merekapun mengangguk setuju. Lalu merekapun menggoreskan jarinya.
“KUCHIYOSE NO JUTSU!!!”
Meski sudah memanggil mereka ternyata ekspresi mereka sama saja kecuali Hebikyuu yang terlihat seperti sedang mencari-cari sesuatu.
“ternyata kau yang tidak apa-apa, tapi apa yang kau cari?”
“mayat selanjutnya.” Katanya.
“mayat selanjutnya?”
“Tobi bilang, pembunuhnya adalah orang yang tidak asing bagi kalian.”
“Siapa dia?” tanya Ibu Ratih.
“Karina.”
“Karina???” kaget semuanya.
“orang itulah yang membuat dunia kami menjadi resah seperti ini.”
“banyak daftar lumba-lumbaku yang hilang di gulungan ini. Termasuk kakakku tuan putri.”
“berarti didunia kalian, Karina juga mengincar kekuatan Hewan Kuchiyose?”
“iya, kak Wanishimaru sudah menjadi korban Karina.”
“APA? Wanishimaru juga?”
“dan aku ingin bertanya pada Rully. Hari ini berapa banyak turis yang menyelam di Karang Nangkit??” tanya John curiga.
“sejauh ini sedang tidak ada turis yang sedang menyelam disana.”
“but Why I Found the dead skull in a Nangkit Atols?” tanya Sheila.
“Wait a minutes.” Rullypun mencari tahu siapa yang saat itu ada di Karang Nangkit dengan mengirim SMS pada Ibu Risha dan Indra. Beberapa saat kemudian, Rully menerima SMS yang tertulis...
<From : Indra>
“Saat itu sedang ada si Tigor dan Rudi disana. Memangnya ada apa?”
Iapun membalasnya dengan SMS seperti ini.
<To : Indra>
“aku menemukan salah satu dari mereka sudah menjadi tengkorak.”
Melihat tulisan di SMS itu, Indrapun langsung menuju ke rumah Mistin. Merekapun bertemu dengan Indra yang mendadak muncul melihat SMS yang dikirim oleh Rully. Mayat penyelam yang dibaringkan di dalam kantong mayat berwarna merah dilihat oleh Indra. Beruntung Indra mengenali siapa yang telah menjadi korban lewat Dive-suit yang digunakan. Namun, tiba-tiba Rudi datang dengan lari tunggang-langgang.
“Tigor dimana?”
“kalau kau masih hidup...berarti yang menjadi tengkorak ini...” kata Sandy menyimpulkan dengan penuh ketakutan.
Semua terdiam ketakutan saat mayat tengkorak yang mereka lihat adalah...
“TIGOOORRR!!!!”
Lalu Sandy dan Fadlypun bertanya pada Merry siapa korban selanjutnya. Mereka tercengang saat ia menyebut 2 bulan lagi setelah kejadian tersebut korban yang menjadi incaran Karina adalah Sandy, Fadly, Rista, dan Deny. Tentu saja mereka menjadi sedikit berwaspada terhadap Jinchuuriki mereka. Bahkan tetua membenarkan hal tersebut dengan terisak-isak pada cucu satu-satunya.
“bersiaplah, kalian akan menjadi korban selanjutnya 2 bulan lagi. Karena saat ini Karina sedang mengincar orang-orang yang level ninjanya yang paling rendah.”















Tidak ada komentar:

Posting Komentar