27 Januari, 2012

Sandy Season 6 Episode 4

“Kakek, apa ada jurus yang bisa menangkal Karina mengincar kami?”
Lalu Tetua mengambil Little Siren-Flute dan mengalungkannya pada mereka.
“hanya ini yang bisa menetralkan efek dari jurus Karina.”
“terima kasih kek, mungkin ini pemberian terakhir dari kakek yang kusayangi.”
“kakek juga begitu.” Kata tetua memeluk Fadly. Fadlypun juga terisak-isak meratapi nasibnya yang akan menemui ajal 2 bulan lagi.
 Semakin hari banyak warga Desa Kijing maupun desa-desa disekitarnya menjadi korban keganasan Karina yang semakin suka memakan daging manusia. Sifat kanibal Karina sesungguhnya sudah ada sejak ia menjadi manusia sebelum akhirnya ia menjadi manusia selamanya karena melanggar aturan di keluarganya.
“semakin banyak saja yang menjadi korban,” kata John.
“mulai saat itu, Sheila cs dan teman-teman kita yang lain mulai mengawal kita kemanapun kita pergi.” Jelas Sandy.
“tapi kenapa ya mereka masih tinggal disini?”
“karena kami diusir oleh kepala desa Mulaha, mereka tidak mau ada pertumpahan darah di Jakarta. Sudah begitu, Gayus Tambunan* mencuri aset kami dan kami dianggap pencuri tanah olehnya. Karena takut diusir oleh Satpol PP yang disuruh orang tersebut, kami berencana pergi dan pindah markas disini sebelum jatuh tempo yang ditetapkan.”
“lalu kalian mau tinggal dimana?”
“itulah yang sedang kami pikirkan saat ini. Kami ingin markas kami terletak di tepi pantai seperti markas kalian. Dan agak jauh dari pusat kota.”
“Markas yang jauh dari pusat kota....Aku tahu kak Sanny.” Seru Deny.
“dimana Deny?”
“rumah lamaku. Maksudku di Pulau Tengkawang, disana kalian bisa bercocok tanam dan sekaligus bisa belajar mengenai Ilmu Pengobatan. Besok, kalian siapkan semua barang-barang kalian. Setuju?”
“Setuju!” seru Sheila cs.
Keesokan harinya, merekapun bersiap-siap dengan barang-barang mereka. Sebelum berangkat, John mengecek kondisi kapal yang digunakan, jumlah bahan bakar dan bahan makanan yang akan dibawa kesana.
“semuanya OK, kalian bisa pindah disana sekarang.”
“tunggu sebentar, kalau ada apa-apa, apa kami boleh ikut?” tanya Sandy cs.
“tentu saja, kami membutuhkan kalian jika ada sesuatu.”
Sandy cspun membawa Sheila cs ke Pulau tengkawang. Sesampainya disana, mereka melihat rumah yang cukup luas untuk mereka dan fasilitasnya tak jauh banyak seperti saat mereka tinggal di markas yang lama. 
“Bagus sekali, tapi apa yang ada disana, Deny?”
“disana? Itu adalah laguna, konon laguna itu sering dimanfaatkan untuk pengobatan. Kalau kalian mau berenang, berenang saja. Tapi hati-hati, dasarnya sangat dalam daripada di lautan tadi, sekitar 600 m.”
“airnya seperti air laut. Tapi ini lebih nyaman.”
“dan harus kalian ketahui, air laguna ini sangat beracun bagi manusia gurita. Apalagi pada para Kanibalisme. Konon, orang yang mandi disini akan ditolak oleh para Kanibal karena mereka tidak bisa mengoyak kulit manusia yang mandi di laguna ini.”
“oh, begitu.” Kata Sandy, dan Fadly pura-pura tidak tahu.
“bahkan Jinchuuriki dapat meminum airnya secara langsung.”
John, Sandy, Rista, Fadly, dan Ajipun meminum air tersebut. ternyata bagi Jinchuuriki, air asin laguna tidak terasa di lidah mereka.
“segar seperti air biasa.”
“kalau begitu kita berenang yuk.”
“tapi kami....”
“ah, bukan alasan.” Lalu Fadlypun mengeluarkan gulungannya dan melemparkannya ke atas langit, lalu iapun melepaskan semua segel didalam gulungan tersebut. dan alhasil, pakaian mereka menjadi Dive-suit. Merekapun segera berlari dan melompat kedalam laguna.
“boleh juga dipakai untuk berenang,” Sindir Richie.
“awas Chi ada...” belum selesai Vino mengatakan sesuatu pada Richie, tiba-tiba kepala Richie terbentur batang pohon.
“hehehe...aku tidak apa-apa kan?” kata Richie yang tidak menyadari ada darah mengalir di hidungnya. Semuanya tersentak kaget dan segera menarik Richie ke daratan. Lalu Fadly dan Nadine segera memulihkan luka Richie di bagian kepalanya.
“kenapa denganku?”
“nih.” Kata Sandy sambil menyodorkan cermin pada Richie. Melihat darah mengalir di hidungnya, Richiepun langsung pingsan saking takutnya pada darah.
“kalau dia pingsan, kita bisa mengobatinya lebih maksimal daripada Aji kemarin.” Bisik Mistin pada Fadly dan Nadine.
Malam harinya, kepala Richie diperban seperti saat Aji mengalami hal yang sama pada Richie.
“Nggak Richie, nggak Aji, mereka sama-sama nggak tau keadaan sekitar dan diri sendiri.”
“tapi perbedaannya hanya Richie yang pingsan jika melihat darah. Tapi Aji tidak.”
“kita sama-sama Ninja yang bersifat terbuka, tapi perbedaan antara kita setipis kertas ini.”
“perbedaannya, karena Ekonomi Sheila cs jauh lebih baik daripada kita.”
“tapi tolong carikan kami pekerjaan. Soalnya, kami membutuhkan pekerjaan yang bermanfaat bagi orang lain.”
“apa kalian bisa Surfing?” tanya Aji.
“hanya Richie yang tidak, tapi dia bisa berjualan air kelapa dengan Nenek Ihra.”
“Bisa Diving.” Tanya Rista.
Semuanya mengangkat tangan.
“kalau begitu apa kalian bisa membuat kerajinan?” tanya Sandy.
Sunyi, hanya terdengar bunyi jangkrik diluar rumah. Tidak ada satupun yang mengangkat tangan.
“kalau begitu, mulai lusa nanti, kita akan membuat kembali kerajinan yang terbuat dari kulit kerang. Pekerjaan yang biasa kita lakukan seperti menyewa Instruktur Diving adalah yang terakhir.”
“apa? Lalu Fadly dan Indra harus bekerja dimana?”
“Restoran Ibu Rina, ‘kan dulu kita juga kerja disana.”
“apa aku juga boleh kerja disana?” tanya Vino.
“Oh ya, aku lihat kertas yang ditempel di pohon kelapa depan rumah kalau Ibu Rina butuh 5 orang karyawan lagi. Jadi Ibu Rina mungkin membutuhkan kalian lagi.”
“kalau begitu, besok kita berangkat! Ada yang setuju?”
“aku juga lagi cari kerjaan di Desa Kijing. Jadi aku setuju.”
“I’m Too! Nanda. Aku setuju.”
“Sheila, apa kau bisa berbahasa Indonesia lagi?”
“Sedikit saja.” Kata Sheila masih terasa bahasa asingnya.
“kalau semuanya setuju, berarti lusa nanti kita akan kembali menjadi pengrajin kulit kerang.”
“Setuju!!!!!” seru semuanya.
Keesokan harinya merekapun menjalani pekerjaan terakhir mereka sebagai penyewa peralatan pantai. Sementara itu, Vino, Fadly dan Indra menuju restoran Ibu Rina. Dan kebetulan sekali Ibu Rina sedang mencari mereka bertiga untuk menambah tenaga kerja di Restorannya.
“kebetulan sekali, aku sedang mencari kalian. Semua karyawanku banyak yang berhenti atau yang menjadi korban pembunuhan belakangan ini. Tapi yang jelas saya akan menerima kalian kembali sebagai karyawan saya.”
“sebenarnya, kami juga ingin bilang begitu, tapi ya sudahlah. Demi Bu Rina juga sih.”
“dan kamu siapa?” tanya Ibu Rina pada Vino.
“saya Vino. Saya baru pindah kesini. Mau cari pekerjaan tetap.”
“oh, kebetulan sekali, saya juga butuh tenaga yang lain untuk membantu usaha saya.” Kata Ibu Rina tersenyum sambil melihat fisik Vino yang segar.
“kelihatannya, Vino Pasti disuruh jadi tukang antar barang.” Gumam John.
“kak John, ayo pulang, kita baru bisa kerja di sini besok.” Ajak Vino mengingatkan.
“oh iya, makasih ya Bu,”
“sama-sama, tapi...”
Belum selesai Ibu Rina mengatakan sesuatu, tiba-tiba Vino dan Fadly menabrak sebuah tiang listrik. John awalnya tertunduk menyembunyikan kesialannya. Namun beberapa saat kemudian, Vino dan Fadly mengalami gejala seperti Aji dan Richie sebelumnya. Sandy dan Rista yang sedang lewat kaget saat melihat darah mengalir di hidung Vino dan Fadly. Mereka langsung saja dibawa ke rumah Mistin untuk mengobatinya.
Setelah diobati, merekapun akhirnya memanggil yang lainnya dan membicarakan hal yang dialami Vino dan Fadly di rumahnya.
“belakangan ini sering terjadi hal seperti ini sejak ada kasus pembunuhan yang membuat korbannya mati menjadi tengkorak permanen. Apa ada kaitannya ya?”
“kurasa iya, kak Mistin.”
“Rully?”







Tidak ada komentar:

Posting Komentar