27 Januari, 2012

Sandy Season 6 Episode 5

“Merry memberitahuku satu hal jauh sebelum semua ini terjadi.”
“apa yang dia katakan?” tanya Sandy dan Mistin.
“ini pertanda Karina akan datang lagi. Tapi belum tahu waktunya kapan akan terjadi.”
“kakekku benar,” gumam Fadly khawatir.
“mungkin dalam waktu 2-3 bulan kedepan, Karina akan menyerang Desa Kijing.”
Namun, tiba-tiba...
“Mama! Om Fadly, ada tengkorak di depan rumah...” kata Manda menjerit ketakutan.
Dan disaat yang hampir bersamaan. Mang Udin dan Pak Anwar datang dengan lari tunggang langgang.
“Sandy cs, ada 3 kerangka tergeletak di depan lapak saya.!!!”
“Hah? Lalu apa lagi sekarang??”
 “kalau begitu, cepat panggil yang lainnya. Semakin hari semakin banyak saja mayat bergelimpangan.”
Warga Desa Kijing bergotong royong membawa 5 mayat kerangka manusia kedalam kamar otopsi di rumah Mistin. Dan saat diidentifikasi John dan Rully, hanya satu orang saja yang tidak mereka kenali siapa namanya.
“Rista, tolong beritahu semua pengunjung di Desa Kijing. Karena, aku dan Rully tidak mengenal tengkorak yang berbaju putih ini. Pasti dia ini turis yang berkunjung di desa ini.” Perintah John.
“baiklah,”
“Fadly dan Kak Sandy, beritahu keluarga yang merasa mengenali keempat orang yang sudah kuidentifikasi ini. Ini daftarnya,
Yang memakai kacamata hitam itu adalah Donny,
Yang memakai celana pendek merah tua itu, Pak Somad
Yang memakai gelang plastik itu, sepertinya Kesha karena dia masih kecil.
Dan yang terakhir....”
“siapa yang terakhir?”
“aku tak bisa bilang hal ini pada keluarganya, karena dia itu adalah...”
“Siapa kak John?”
Namun, John menjatuhkan daftar korban Karina didepan mereka berdua sambil pergi menangisi seperti seseorang yang ia sayangi. Sandy dan Fadlypun melihat daftar orang yang dimaksud. Fadly terkejut saat di daftar itu tertulis nama Isna Maulana Abdullah yang merupakan saudara sepupunya dan sekaligus kekasih John. Fadlypun menuju ke rumah John namun di rumah itu hanya ada Ayahnya.
“Om, kak Johnnya ada?”
“maaf Fadly, dia hari ini tidak bisa diganggu dulu. Sebaiknya kau bicarakan dulu pada saya, nanti saya sampaikan padanya.”
“kalau begitu, Fadly mau ngobrol dengan Om sendiri Boleh?”
“boleh, ada apa ya?”
“ini berkaitan dengan masalah kak John.”
“kenapa dengan John?”
“ini.” Kata Fadly menyodorkan daftar tersebut.
Tak kalah terkejutnya, Ayahnya John kaget saat melihat di daftar itu tertulis nama calon tunangannya John.
“mungkin karena inilah dia jadi seperti itu, memang 2 minggu yang lalu. Tetua dan Ayahnya Isna merestui hubungan Isna dan John. Dan John sudah membeli cincin untuk pernikahannya nanti. Namun ternyata Isna lebih dulu mati ketimbang dirinya.”
“Ayah, Fadly, kalian benar. Aku begini karena Isna.”
“Kak John?!”
“akhirnya kau mengakuinya juga. Fadly, makasih ya, sudah memberitahukan hal ini pada saya. Dan tolong beritahu dengan pamanmu, peresmian pertunangan John dan Isma mau saya batalkan.”
“nanti akan saya sampaikan. Terima kasih Om.” Kata Fadly meninggalkan rumah John.
“dan John, tolong bicarakan hal tersebut.”
Dan di rumah Tetua, Fadlypun menceritakan semuanya pada Tetua, Ayahnya, dan Pamannya.
“saya juga tahu, Ly. Apa katanya mau dibatalkan pertunangannya?”
“ayahnya sudah bilang.”
“kalau begitu, besok kita akan mengadakan ritual sederhana untuk pemakaman Isna. Dan lusa nanti akan saya laksanakan Pembatalan pertunangan temanmu.” Kata Tetua.
“saya tidak menyangka Nak, kalau saudaramu meninggal dengan cara seperti itu.”
“Fadly saja baru tahu kalau hal seperti ini terjadi pada sepupuku.”
Keesokan harinya, semua warga berkumpul untuk memakamkan Isna yang sudah menjadi tengkorak ke liang lahat. John menangis sejadi-jadinya saat jenazah kekasihnya akan dikubur di sebelah makam ibunya.
“sudahlah, ikhlaskan saja.” Bisik Fadly yang juga terisak-isak.
Di hari selanjutnya, ritual pembatalan pertunangan pun dilaksanakan. John masih saja terisak-isak saking sayangnya dengan kekasihnya tersebut.
“Ya ampun, apa sebegitu sayangnya pada saudaraku sampai seperti itu?” gumam Fadly keheranan. Bahkan keesokan harinya saat Fadly dan Sandy selesai bekerja, John termangu di di bibir pantai sambil memikirkan Isna. Fadly semakin kesal dan segera menghampiri John.
“Kak John, Fadly mau bicara.”
Namun John tidak bereaksi sama sekali. Lalu Fadlypun mengecek aliran darahnya. Masih hidup pikirnya.
“kak Sandy tolong kesini.”
“ada apa Fadly.”
“Fadly heran, tadi Fadly ajak ngomong, dia nggak bergerak. Tapi Fadly cek aliran darahnya, dia masih hidup. Kenapa ya dengannya?”
“dia akan seperti itu jika dia depresi atau Shock.”
“Om?” kata Fadly dan Sandy kaget.
“cara agar dia bisa bergerak lagi adalah injak kakinya. Seperti ini!” kata Om Hendra sambil menginjak kaki putra semata wayangnya.
“ADUH! Pa, sakit.” Kata John meringis kesakitan.
“kak John tadi kenapa termenung?”
“kak John cuma mikirin Sheila. Bukan Isna lagi.”
“Sheila?” kaget Om Hendra.
Sheila tiba-tiba datang dan mengajak John menyelam ke karang Nangkit.
“boleh, tapi apa boleh kau mengajak serta Sandy, Fadly dan Rista?”
Sheila mengangguk setuju.
“kalau begitu. Cepat ajak Rista dan siapkan perlengkapan Diving kalian!”
“iyaaa!!!” Sandy dan Fadlypun pergi mengambil perlengkapan Diving lalu kembali lagi.
tiba-tiba, Deny datang menghampiri Sheila.
“Deny boleh ikut?”
“boleh dong.” Kata Sheila dengan bahasa Indonesianya masih kaku.
“but are you can Diving?”
“Sheila, kujelaskan ya. Sebenarnya dia bisa. Tetapi dia lebih suka menyelam tanpa tabung.”
“Why John?”
“because....” tetapi Fadly menyekap mulut John.
“kak John jangan bilang dengan orang lain kalau dia itu...”
“Fishboy huh?”
“darimana kau bisa tahu?”
“Sanny dan Aji menceritakannya padaku. Sudahlah ayo ke Nangkit Atols.”
“ayo.” Merekapun ke Nangkit Atols dengan Speedboat milik Om Hendra.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar