27 Januari, 2012

Sandy Season 6 Episode 6

Sesampainya di Karang Nangkit, merekapun sudah siap dengan peralatannya. Tak terkecuali Deny yang terpaksa memakai Dive-tube meski sebenarnya ia lebih suka menyelam seperti penyelam tradisional. Merekapun terjun dan menikmati keindahan bawah laut yang membuat rasa penat mereka selama bekerja hilang semua. Merekapun mencari tempat untuk beristirahat sebentar. Ditambah saat mereka lapar, John, Fadly, dan Deny pula yang memburu hewan laut untuk dijadikan makan siang saat itu. Sheila tercengang campur kaget saat melihat hasil buruan Deny lebih banyak daripada John dan Fadly.
“kalau mau lagi, kuambilkan.”
“eh, tidak usah. Ini sudah cukup untuk makan siang kali ini.”
“ayo bakar sekarang. Apinya sudah besar nih.” Seru Sandy mengingatkan.
Merekapun membakar ikan hasil buruan dan menyantapnya disaat matahari sedang panas terik di garis khatulistiwa. Setelah waktu makan siang selesai, Sheilapun bicara pada Deny kenapa ia bisa memburu hewan laut lebih banyak daripada yang lainnya. Diam-diam, John dan Sandy menguping pembicaraan tersebut dari balik semak-semak.
“itu karena Deny ini sebetulnya...”
Kresek!! tiba-tiba mereka kaget saat mendengar suara tersebut. suara itu berasal dari semak-semak tempat Sandy dan John bersembunyi. Dan pohon didekat mereka bersembunyi juga ada Fadly dan Rista yang sedang mengambil rambutan liar.
“Who is there?”
Dan didekat Sandy ada seekor ular melintas dibalik semak tesebut. Telak saja, Sandy dan John langsung histeris dan membuat dahan tempat Fadly dan Rista patah. Ditambah semut yang menggigit tubuh John dan Fadly. Sheila dan Deny yang melihatnya langsung menyiram mereka berempat dengan air.
“jadi kalian menguping pembicaraan kami?” tanya Sheila kesal.
“sebenarnya yang kami cari...”
“ULAAAAARRR!!!!!” teriak Sandy masih histeris.
“dimana?” tanya Fadly cepat tanggap.
“itu.” Kata Sandy menunjukkan arah pohon di belakang Deny.
Melihat ular yang dimaksud berada diatas kepala Deny. Fadly menyuruh Deny tidak melakukan gerakan mendadak dan menangkap ular dengan mengangkat tubuh ular tersebut dengan hati-hati. Sialnya, Deny melompat dari tempatnya semula gara-gara siput dan membuat ular tersebut menggigit tangan Fadly. Beruntung ular tersebut termasuk jenis yang tidak beracun. Tetapi gigitan tersebut membuat kulit telapak tangannya robek 10 cm. Dengan pengobatan Sandy, luka robek di tangan Fadly bisa sembuh lebih cepat daripada biasanya.
Hari sudah beranjak sore, mereka harus segera pulang kembali ke Desa Kijing. Sialnya, bensin untuk bahan bakar Speedboat sudah menipis di Pulau Tengkawang. Ditambah stok persediaan bensin sudah kosong.
“bagaimana kita harus pulang? Sudah jam 15.45 nih.” Omel Sandy.
“biar aku saja yang mendorongnya ke Desa Kijing.”
“Bagaimana?”
Ristapun terjun ke dalam lautan dan memakai jurus Turbo Dash. Memang hal tersebut membuat mereka sampai pulang dengan selamat. Tetapi dampak yang dirasakan justru membuat Sandy, John, Fadly, dan Deny terjungkal di tepi pantai.
“kak Sandy, apa dia memang seperti itu?” tanya ketiganya meringis.
“kurang lebih.” Jawab Sandy pasrah.
“maaf ya, tadi jurusku jadi kayak gini.”
“sudahlah Rista, tidak usah dipikirkan.” Ringis keempatnya.
Di malam hari saat Fadly dan Rista tidur sekamar, Fadly sudah merasa tidak nyaman dengan Rista yang belakangan sering membuatnya jatuh dari tempat tidur. Iapun segera pindah tidur di bawah tempat tidur. Rista yang kadang-kadang suka Ngelindur alias tidur sambil berjalan menginjak tubuhnya hingga ia baru bisa tidur jam 01.00.
Keesokan paginya, Sandy melihat keadaan di kamar Rista sudah seperti ada kerusuhan didalam kamarnya dan Fadly ditemukan tertidur dengan muka dan badan seperti habis orang yang terkena pukulan sampai babak belur.
“Fadly, bangun Fadly. Kamu harus kerja.”
“ini kan hari sabtu, bukan jadwal kerjaku.” Kata Fadly masih merasa ngantuk.
“Heh, bangun. Kuobati lukamu dulu.”
“iya deh.”
Sandypun mengobati lukanya dan memberinya sarapan pagi.
“Fadly, kakak mau tanya, belakangan ini kamu sering tidur tidak seranjang. Kenapa?”
“itu karena Rista belakangan ini sering Ngelindur.”
“maaf Ly, kalo aku tadi...”
“sudahlah tidak apa-apa. Kak Sandy, Fadly mau berenang dulu dengan Kak John dan Deny.”
“iya hati-hati, tapi...”
“Tapi apa?”
“sudahlah, pergi saja.” Kata Rista mendorong Fadly.
“maksud kak Sandy apa? Fadly heran.”
“memangnya kamu mau berenang pake sarung yang semalam kamu pake??”
Mendengar sindiran Sandy. Fadlypun segera ke kamar dan mengganti sarung yang disangkut di pinggangnya dengan memakai celana renang. Deny dan John yang berada dibalik tembok tertawa cekikikan mendengar omelan Sandy pada Fadly.
“hati-hati,” kata Rista.
Di pantai, John dan Deny masih saja cekikikan. Fadly kesal dengan John dan Deny yang malah mentertawainya. Sampai suatu saat....
DUKKK! GUBRAAKK!!! BREEKK!!! John jatuh tersandung pagar pembatas jalan dan membuat pakaiannya menjadi sobek 30 cm di bagian belakang. Orang-orang di sekitar John tertawa terpingkal-pingkal. Dan mungkin menjadi upaya ‘balas dendam’ bagi Fadly.
“sudahlah, ayo berenang. Keburu siang nanti.” Kata Deny menahan tawanya.
Sesampainya di tepi pantai, merekapun berenang di tengah pasang air laut sedang berlangsung. Kadang-kadang, belitan rumput laut membuat mereka sulit untuk melepaskan diri. Dan terkadang, para banci kaleng yang berenang di pantai itu juga membuat mereka berniat untuk mengurungkan niat untuk berenang lebih lama karena merasa geli.
“eh, Ciin jangan tinggalin kita dong.”
“maaf ada urusan mendadak!” kata Fadly, John dan Deny berlari tunggang langgang meninggalkan mereka yang tanpa disadari ada kepiting menempel di kepala mereka bertiga.
Merekapun berlari pulang menuju ke rumah mereka masing-masing termasuk Fadly yang terlihat terengah-engah.
“cepat sekali kalian berenang.”
“soalnya ada ‘Invasi’ ubur-ubur.”
“kalau begitu cepat mandi.”
“iya,” Fadlypun segera mandi dan membasuh kepalanya yang sebenarnya ada kepiting sudah menunggu untuk mencapit tangannya. Dan saat ia akan menyampo rambutnya...
“AAAAUUUUWWW!!!” teriakan yang terjadi pada Fadly, John, dan Deny hampir bersamaan yang membuat warga di sekitar rumah kaget dengan teriakan mereka yang cukup keras.
Siang harinya, John, Fadly dan Deny berkumpul di rumah Sandy untuk membantu Sandy dan Rista membuat hiasan kulit kerang. Tiba-tiba, GUBRAKK!! Aji menabrak tong sampah didepan rumahnya. Tikus-tikus yang baru dibuang oleh Rista terbang dan mendarat tepat di kepala Sandy, Rista, John, Fadly, dan Deny. Merekapun panik dan tanpa disadari mereka membuang tikus tersebut ke arah Aji, Nadine, Mistin, dan Rully. Rasa panik yang ada pada Sandy, Rista, John, Fadly, dan Deny berpindah ke Aji, Nadine, Mistin, dan Rully. Ditambah jatuhnya puluhan ekor ulat bulu dari atas pohon mangga di rumah Sandy melengkapi rasa takut dan panik dan Sandy cs yang membuat Ibu Ratih, Mang Udin, Om Hendra, Ari cs, dan Om Panji yang sedang lewat terpaksa harus mengevakuasi mereka dari pohon yang terkena dampak ulat bulu dan meminimalisir rasa gatal Sandy akibat serangan ulat bulu yang belakangan ini meresahkan warga Desa Kijing.
“setelah pulang, kalian harus mandi sedikit lebih lama. Soalnya, ulat bulu yang menyerang kalian sudah tercampur dengan bau tikus-tikus yang baru kalian buang.”
“kok bisa?” tanya Aji.
“bau sampah di tempat sampah yang kalian letakkan itu ada di bawah pohon yang penuh ulat bulu.”
“HAH! Rista. Kau tadi buang tikus-tikus yang tadi kemana?” tanya Sandy.
“tempat sampah yang ada dibawah pohon mangga depan rumah.”
“ya ampun, Rista…”
“katanya dibuang ke tempat sampah.”
“maksud kakak itu yang berada dibelakang rumah. Bukan di depan rumah.” Omel Sandy kesal.
“lalu yang untuk didepan rumah itu untuk sampah apa?”
“itu sampah plastik. Yang dibelakang itu sampah organik.”
“Bilang dari tadi dong kak. Tahu begini, coba ku buang di belakang rumah.”
Sandy dan Rista terus saja berdebat hingga sore sudah menjelang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar