06 Maret, 2012

Sandy Season 6 Episode 7

Terlepas dari masalah ulat bulu. Muncul kembali mayat-mayat yang sudah kering menjadi tengkorak di beberapa tempat di desa kijing. Mayat-mayat tersebut semakin meresahkan warga desa Kijing, termasuk Sandy cs.
“semakin hari semakin banyak saja yang menjadi korban kali ini.”
“dan sasarannya adalah warga biasa dan ninja berkekuatan lemah.”
“tapi kenapa dia tidak menjadikan aku sasaran empuk?” keluh Aji heran.
Semua terdiam mendengar keluhan Aji. Namun beberapa saat, John mengetahui kenapa Karina tidak menyerangnya.
“kau pernah membalikkan keadaan. Kau ingat saat kau menahan kekuatannya?”
Aji menggangguk sambil membawa kantung yang berisi mayat balita.
“tapi aku juga heran, kenapa aku tidak mati meski sudah ditembaki peluru atau ditusuk pedang dengan bahan logam yang bermacam-macam jenisnya.”
“elemen utama kak Aji itu Tanah dan Petir dengan tingkat rasio elemen tanah 30% dan elemen Petir 70%. Jumlah yang sedemikian rupa akan menghasilkan elemen logam yang lebih keras daripada logam pada umumnya. Walaupun kau dipukul sekeras apapun, hasilnya malah si pemukul itu yang terkena akibatnya.” Kata Rully lewat dengan mayat yang dibawanya bersama Vino.
“kalau sebaliknya?” tanya Vino.
“justru akan menghasilkan pasir medan magnet yang cukup membuat musuh sulit untuk menyerang kita karena gerakan kita yang cepat.”
“kalau Kak Sandy, Fadly dan John gimana?” tanya Aji.
“elemen dasar yang sama-sama air tetapi mempunyai cakra perubahan yang berbeda. Termasuk Fadly dan Kak John yang mempunyai elemen petir pada Fadly dan Kak John yang mempunyai elemen angin.”
“berapa tingkat rasionya perpaduan cakranya?” tanya Vino.
“kalau Fadly, 60% cakra air dan 40% cakra petir. Akan menghasilkan air radioaktif atau air Asam Sulfat jika sudah masuk ke level 2. Kalau sebaliknya, akan menghasilkan kristal keras yang lebih keras daripada berlian pada umumnya dan efek panas yang bisa menyembuhkan penyakit kulit atau luka. Rasio cakra Kak John, 30% cakra air dan 70% cakra angin. Jumlah yang seperti itu dapat menghasilkan perpaduan yang berwujud es. Jika sebaliknya, akan menghasilkan gelombang laut yang lebih besar daripada tsunami.”
“kalian membicarakan apa ya? Sepertinya menarik.” Tanya Ibu Ratih datang sambil mendata.
“Rasio cakra, terutama untuk Sandy cs. Eh, Vino, sampai dimana tadi pembahasannya?”
“Jumlah rasio pada cakra kak John. Kalau kak Sandy, sulit untuk membaca cakra perubahannya karena jumlah rasio cakra kak Sandy lebih banyak cakra Air. Mungkin sekitar 98%, sedangkan sisanya aku tidak tahu apa elemen cakra yang dihasilkannya.”
“tapi dilihat dari kebiasaannya mengobati orang, sepertinya cakra perubahannya petir.”
“tidak mungkin, kadang-kadang dia mengeluarkan jurus yang seperti tsunami.”
“sudah-sudah!! Ayo kita tanya pada tetua nanti. Sekarang cepat selesaikan evakuasi mayat-mayat yang semakin banyak ini.” Perintah Ibu Ratih kesal.
Namun sampai malam, mayat yang didata semakin banyak dan mulai menimbulkan keresahan bagi warga Desa Kijing.
“tak ada habisnya. Sekarang korbannya sudah berapa orang?” tanya Sandy.
“45 orang, 24 diantaranya anak-anak.” Jawab Om Panji.
“apa Manda termasuk?” tanya Fadly.
“tidak ada nama Manda disini. Soalnya aku sudah meminta saudaraku di Pontianak untuk menjaga Manda dan Panji.” Tambah Sandy.
“syukurlah.”
Tiba-tiba John datang.
Ada apa John?”
“di desa sebelah juga banyak ditemukan korban Karina. Bahkan yang lebih parahnya lagi, bekas di tulang-belulang mereka masih terasa segar.”
“berarti disana masih baru. Ayo kumpulkan semua pemuda di seluruh desa untuk mengevakuasi mayat-mayat untuk diotopsi dan mendata orang-orang yang menjadi korban kali ini.” Perintah Om Panji dan Ibu Ratih.
Om, mungkin untuk beberapa bulan ini, jalur masuk ke Pantai Kijing akan ditutup sampai keadaan sudah dirasa aman. Aku dan yang lainnya akan menyuruh semua wisatawan yang menginap disini untuk mencari tempat penginapan yang sangat jauh dari desa ini dan membatalkan semua penyewaan tempat-tempat yang sudah terlanjur disewa oleh orang luar untuk acara tertentu.” Kata Fadly dan Richie.
“itu malah lebih bagus, Nak. Ungsikan saja mereka ke tempat-tempat yang dirasa lebih aman atau pulangkan saja jika ada wisatawan yang memang mau pulang ke rumahnya.” Tambah Om Panji.
“baiklah, Richie, tolong pengeras suaranya. Kamu sampaikan hal ini lewat Mushala dekat warung Mang Udin. Sedangkan Fadly dengan Vino akan keliling kampung menyampaikannya. Aji dan Dirga tolong sampaikan hal ini bagi yang berada di Pulau terpencil.”
“OK! Chief.” Seru semuanya.
Merekapun bubar dan melaksanakan tugas mereka masing-masing di tempat terpisah. Fadly dan Vino berkeliling kampung dengan sepeda motor untuk menyampaikan hal ini pada seluruh desa di sekitar Desa Kijing. Aji dan Dirga berkeliling kampung di Pulau-pulau terpencil dengan menggunakan Speedboat untuk menyampaikan hal tersebut pada semua orang yang tinggal di kampung-kampung terpencil tersebut. Sedangkan Richie dengan izin Pak Haji menggunakan Mushalanya untuk menyampaikan hal yang sama seperti Fadly dan Aji. Mendengar hal tersebut, semua wisatawan batal berkunjung ke Desa Kijing karena semakin banyaknya korban yang berjatuhan. Ditambah, warga luar yang berdomisili di Desa Kijing maupun di sekitarnya memutuskan untuk pulang karena takut menjadi korban selanjutnya.
“sukses juga pensterilisasi kali ini.”
“besok tempat ini akan didatangi tim Forensik luar untuk menyelidiki hal ini lebih lanjut.”
“Vino, tolong beritahu kak Sheila, kak Sandy, kak Mistin dan Deny untuk mencari mayat-mayat yang berada didalam laut.”
“baiklah,”
Sesampainya di rumah Mistin yang menjadi tempat Otopsi mayat di desa Kijing. Sandy, Sheila dan Mistin menyetujui usul Fadly.
“kami setuju, tapi kita butuh pengganti kami.”
“andalkan kita saja.”
“Sanny, Nanda, Nadine. Kebetulan sekali, tolong gantikan kami.”
“baik.”
“kalau begitu, siapkan tabung Oksigen dan 1000 lembar kantung mayat jika mayat yang ditemukan cukup banyak.” Perintah Sandy.
“baik.”
Lalu merekapun mencari mayat-mayat yang mencurigakan didalam laut. Benar saja dugaan Fadly, banyak mayat yang bergelimpangan didalam laut di tempat-tempat yang agak dekat dengan Karang nangkit. Denypun juga menemukan mayat-mayat yang mencurigakan dan kondisinya masih terlihat baru di tempat tersebut. Sementara itu, Rully masih mencari wisatawan yang sedang menyelam di Diving Spot di sekitar desa Kijing di saat itu juga.
“hari ini…HAH!? 25 orang?”
“25 orang yang menyelam di Diving Spot desa ini?”
“15 diantaranya berada di karang Nangkit. Untung saja Fadly cepat-cepat menyuruh Kak Sandy, Kak Sheila dan Deny berkeliling Diving Spot untuk mencari mayat.”
“desa sekitarnya ditambah jumlah yang disini… HAH!! 54 orang.”
“belum lagi yang berada di pulau-pulau terpencil. Mungkin jumlahnya bisa lebih banyak daripada yang kita temukan.”
Tiba-tiba Sandy datang membawa 40 mayat yang menjadi korban Karina. Rully yang melihatnya langsung terbelalak kaget saat melihat mereka membawa mayat yang jumlahnya puluhan orang.
“kemana jumlah yang lainnya.”
Beruntung, 14 orang yang selamat dari teror Karina berhasil melarikan diri dan baru tiba di Pantai.
“syukurlah kalian selamat. Yang merasa kalian adalah wisatawan disini, lebih baik segera pulang. Akan semakin berbahaya jika kalian tetap bersikeras menghabiskan liburan disini.”
Hanya 3 orang yang merasa wisatawan di Desa Kijing.
“yang asli penduduk desa ini?”
Semua kecuali 3 orang yang tadi mengangkat tangannya dan sedang menyelam di Karang Nangkit.
“Rully, kalau mereka semua masih hidup, lalu mayat yang kita pungut tadi ada 4 orang yang menjadi korban. Sudahlah, cepat kalian pulang dan jangan menyelam lagi jika keadaan desa masih berbahaya.”
Merekapun membubarkan diri dengan rasa takut yang sangat menusuk nyali mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar