06 Maret, 2012

Sandy Season 6 Episode 11

Keesokan harinya setelah itu, Sandy cs menjalankan aktivitas seperti biasa. Tetapi ada yang aneh dengan Deny belakangan ini. Dari air mukanya ia selalu menahan diri untuk mengatakan sesuatu pada Fadly setiap kali bertemu dengan Fadly. Sandy yang melihatnya heran melihat Deny menunjukkan ekspresi wajah yang seperti itu. Begitu juga yang lainnya, Ibu Ratih dan Om Panji tampak heran dengan raut muka Deny saat bertemu dengan Fadly setelah Karina menyerang desanya 2 bulan yang lalu.
“Sandy cs dan Sheila cs kecuali Fadly dan Deny kalian dipanggil Ibu Ratih di balai desa.”
“ada apa?”
“kami tidak bisa memberi tahu kalian soal misi kali ini. Karena kalian juga dipanggil Om Panji dan tetua di tempat terpisah.”
“baiklah kami akan kesana, kak Fadly ayo.”
Fadly dan Denypun mengerti maksud Ranita dan memutuskan untuk bertemu dengan Om Panji dan Tetua di tempat terpisah.
Sesampainya di pulau Temajo, Fadlypun sudah bertemu dengan ayahnya. Sementera itu Sandy cs dan Sheila cs sudah ditunggu Ibu Ratih di ruangannya. Dan juga Deny yang bertemu kakek Tetua di Pulau Tengkawang.
“kakek?”
“silahkan duduk, nak?”
Di tempat Fadly, Om Panji langsung menanyakan hal tersebut.
“Fadly, saya heran setiap kali Deny melihatmu seperti itu. Apa kamu punya dendam padanya?”
“tidak ada rasanya. Memangnya ada apa?”
Di balai Desa….
“belakangan ini dia terus melihat Fadly dengan raut muka seperti itu. Memangnya apa yang disembunyikannya dari kita?”
Kembali ke Pulau tengkawang.
“bicara terus terang saja Deny.”
“maaf kek… sebenarnya…”
Di tempat Fadly…
“mungkin saja dia mau bertarung denganku.”
“eh yang benar saja? Dia ‘kan temanmu.”
Di balai Desa….
“itu tidak mungkin ‘kan, kecuali kalau dia atau Fadly berniat seperti itu.” Kata Sandy dan Rista.
“seharusnya dia bilang saja terus terang, tetapi dia tetap tutup mulut.” Kata Ibu Ratih.
Di Pulau Tengkawang.
“jangan bohong, kamu pasti berniat seperti itu ‘kan?” paksa Tetua.
Denypun terdiam beberapa saat. Lalu iapun mengatakan hal yang sebenarnya.
“maaf kalau ini cukup menyakiti hati kakek, sebenarnya Deny ingin bertarung dengan Kak Fadly setelah sekian bulan berteman.”
Di tempat Fadly…
“sejak kapan dia berniat seperti itu??” tanya Fadly.
Di balai Desa….
“kapan Ibu Ratih?” tanya John.
“sepertinya setelah Karina menyerang desa 2 bulan yang lalu.” Jawab Ibu Ratih heran.
“itu berarti…”
Di tempat Fadly…
“setelah Deny hidup kembali, begitu ‘kan? Yah?” kata Fadly memperkirakan.
“sepertinya begitu anakku.”
“baiklah, bilang padanya pergilah ke karang yang timbul saat air laut surut terjadi.” Kata Fadly meninggalkan Om Panji di Pulau Temajo.
“baiklah akan saya sampaikan pesanmu, nak.” Gumamnya.
Keesokan harinya. Sandy cs dan Sheila cs berkumpul di tempat yang dimaksudkan Fadly. Ternyata Deny yang lebih dulu mendatangi tempat tersebut daripada Fadly.
“jadi kau juga tahu maksudku?”
“aku baru menyadarinya, Deny.”
“ayo kita mulai,” kata Deny.
Fadly hanya mengangguk setuju dan mengeluarkan senjata kesayangannya. Begitu juga Deny yang mengeluarkan puluhan gulungan yang berisi senjata-senjata lempar. Fadlypun langsung menahannya dengan pedang yang dapat melindunginya dari serangan ribuan shuriken dan kunai yang keluar dari gulungan. Lalu Fadly menebas serangan kedua Deny dengan tebasan pedangnya yang membuat serangan ribuan shuriken dan kunai berbalik arah ke arah Deny berdiri. Dengan sigap, Deny memutarkan shuriken besar kesayangannya dan menangkis semua serangan Fadly. Fadlypun melempar shuriken besar kesayangannya begitu juga Deny. Kedua shuriken tersebut terlempar jauh karena diadukan secara bersamaan.
“mereka sama-sama kuat ya?” takjub Richie.
“tapi dilihat dari ketepatan dan kecepatannya. Deny ternyata lebih cepat beberapa detik daripada Fadly.”
“menurutku, cakra Fadly yang besar akan membuat Deny kewalahan.”
“Deny lebih cepat didalam air daripada Fadly.”
“Richie benar, mereka sama-sama kuat dalam hal teknik ninja. Tetapi kekuatan cakra mereka berdua berbeda tipis karena sama-sama Jinchuuriki.”
“Jurus Pelindung Air! (Water Shield)”
“Jurus Pemotong! (Wind Cutter)”
Pelindung air yang dimiliki Fadly pecah dan jurus itu membuat Fadly tumbang. Namun Fadly tidak menyerah begitu saja, ia mengeluarkan jurus elemen petirnya melalui tangan kanannya. Serangan itupun untuk membalas serangan yang baru diterimanya dari Deny. Namun pukulan telak Deny membuat Fadly terseret 3 meter dari tempat awal. Namun ternyata yang dipukulnya adalah bayangan Fadly. Sedangkan Fadly sudah berada dibelakangnya dan memukul balik Deny.
“ternyata kau lebih tahu apa yang akan kulakukan daripada aku.”
“dulu aku juga memaksakan diri seperti ini pada Kak Sandy. Disitulah aku menyadari bahwa kita sama-sama kuat seperti yang lainnya.”
Mendengar apa yang dikatakan Fadly, hati Deny tersentuh dan luluh. Lalu ia menyadari arti pertarungan yang sesungguhnya.
“baiklah kita akhiri pertarungan kali ini.”
“Jurus Bola Petir!”
“Jurus Pusaran Angin!”
Ternyata kedua serangan tersebut membuat Fadly dan Deny sama-sama terjatuh tak sadarkan diri. Sandy cs dan Sheila cspun segera membawa mereka berdua ke Pulau tengkawang untuk menyadarkan mereka.
Beberapa jam setelah itu, Fadly duduk di atas batu seraya melihat matahari terbenam dari arah Pulau Tengkawang. Ia masih khawatir kalau Deny masih ingin bertarung dengannya. Di kamar di rumah Mistin, Deny terbaring memikirkan apa yang membuat dirinya berbuat demikian.
Keesokan paginya, Deny mendapati SMS yang diterima dari ponselnya. Inilah isi SMS tersebut.

Jam 16.45 tunggu aku di depan dermaga. Aku akan bicara denganmu.

Fadly
Jam 16.44 Deny menunggu Fadly di depan dermaga. Ternyata Fadly yang lebih dulu berada di dermaga ketimbang dirinya.
“langsung saja kita bicaranya.”
“baiklah, pertama apa yang membuatmu melakukan niat yang seperti itu?”
“aku ingin melihat sejauh mana kakak bisa melakukan semua jurus yang ada.”
“ada lagi?”
“aku melakukan itu karena persahabatan, bukan karena aku dendam pada kakak, atau bukan karena apapun. Hanya itu saja, tolong maafkan aku karena kelancanganku berkata seperti itu. Tidak ada yang lebih kuat dari kakak, karena kita sama-sama kuat.”
Mendengar ucapan Deny yang demikian, Fadly teringat dengan pesan Om Akbar jauh sebelum ia berangkat ke Jakarta bersama Sandy cs.
“jadi nak, kita adalah manusia, tidak ada yang lebih kuat dari kita. Kekuatan kita dengan yang lainnya sama saja. Yang membuat kita berbeda adalah sifat kita sendiri. Sifatmu adalah apa yang akan kau lakukan saat ini jika kau menghadapi suatu hal yang sangat sulit untuk diselesaikan secara baik-baik.”
Mengingat semua hal itu, Fadlypun tidak bisa menahan airmatanya dan memeluk Deny. Deny heran dengan ekspresi Fadly yang emosional.
“permintaan maafmu kuterima.”
“tapi kenapa kakak memelukku?”
“ceritanya panjang. Nanti kita ceritakan di warung Mang Udin.” Kata Fadly menghapus airmatanya sambil mengajak Deny pergi ke Warung Mang Udin.
Sandy, John, dan Rista yang berada di dalam rumah merasa lega karena mereka sudah mengetahui arti persahabatan yang sebenarnya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar