06 Maret, 2012

Sandy Season 6 Episode 10

Ari dan Recha kaget saat melihat Deny dan Willy sudah terbaring tak bernyawa lagi. Sandy cs dan Sheila cs sesungguhnya tidak tega meninggalkan Deny dan Willy yang kritis. Tapi mereka malah meminta untuk lari dari hadapan monster tersebut. Rasa pahit yang pernah Sandy cs alami terjadi lagi pada mereka yang masih belum setahun sebagai anggota tetap Sandy cs.
“Bodoh sekali mereka mengatakan hal seperti itu pada kalian.”
“tapi apa yang mau dikata. Mereka sangat keras kepala.”
“terpaksa kami harus melakukan hal ini.” Kata Ari dan Recha mendekati jasad Deny dan Willy.
“JURUS TRANSPLANTASI”
“Hei! Apa kalian gila? Jurus itu memang membuat mereka hidup kembali, tetapi apa cakra kalian cukup?”
“KALIAN DIAM SAJA!!!” Sergah Ari kasar.
“Ini demi Deny dan Willy. Maafkan kekasaran Ari pada kalian.”
Tiba-tiba gelombang cakra milik Recha menyusut pertanda cakra masih tidak cukup. Fadly dan Sandy yang merasa iba pada Deny dan Willy segera mendekati mereka. Ari terkejut melihat mereka mendekati dirinya dan Recha. Hatinya menjadi luluh.
“bolehkah kami ikut mendonorkan cakra seperti kalian?” tanya Sandy dan Fadly.
“kalian?” gumam John.
“letakkan kedua tangan kalian diatas tanganku.” Kata Recha dan Ari.
Gelombang cakra pada keduanya membesar kembali. Ari baru menyadari bahwa mereka adalah Jinchuuriki seperti Deny.
“kalau mereka sudah hidup kembali, kuburkan mayat kami berdua di samping kuburan Andra dan Sammy.”
Sandy cs dan Sheila cs tak menyangka kalau kalimat tersebut ternyata adalah wasiat terakhir mereka. Disaat semua warga Desa Kijing sudah datang di tempat mereka bertukar nyawa dengan Deny dan Willy, Recha dan Ari sudah meninggal tetapi Deny dan Willy malah hidup kembali. Semua bersorak sorai karena Deny dan Willy hidup kembali. Namun sesaat mereka mengheningkan cipta untuk Recha dan Ari yang sudah mengorbankan nyawa demi Deny dan Willy.
Setelah Ari dan Recha dimakamkan, semua warga Desa kijing selama 3 hari memakai baju berwarna hijau untuk mengenang mereka yang telah mengorbankan nyawa, termasuk Sandy cs dan Sheila cs. Bahkan di Warung Mang Udin, semua pelanggannya membawa lilin dan menyalakannya di meja tempat Ari dan Recha duduk dan selalu memesan bubur pedas termasuk Sandy cs.
“saya juga turut berduka pada mereka. Lebih-lebih Recha yang sering memesan bubur pedas 9 mangkok sekaligus.”
“Fadly juga, Mang Udin. Bahkan Fadly pernah dikasih semangkok bubur pedas yang dikasih cokelat dengannya.”
Sandy cs dan Sheila cs!!! Kalian ditunggu Ibu Ratih di balai desa.”
“ada apa Ranita? Ada kasus apa?”
“ada kasus yang lebih parah daripada korban Karina. Pokoknya ikuti saja aku setelah kalian selesai makan siang.”
“OK!” seru Sandy cs dan Sheila cs.
Setelah selesai makan siang, Sandy cs dan Sheila cs langsung menuju ke balai desa. Sesampainya di balai desa, Ibu Ratih memberikan gulungan kepada mereka.
“ayo ke Tahanan Singkawang, kita akan tahu yang sebenarnya terjadi.”
Di Tahanan Singkawang, petugas keamanan sel tahanan mendatangi ruang tahanan Barry.
“tuan, Karina sudah mati!”
“sekarang saya sudah tidak punya urusan lagi dengan dia. Sekarang kita buat rencana agar Sandy cs dan Sheila cs tidak ada lagi di Indonesia.”
“kita abaikan saja mereka, percuma saja kita akan membunuh mereka semua.”
“kau ini? Kau bukanlah pengawal pribadi saya! Tunjukkan wujud aslimu!!”
“Jurus pengubah wujud!!” seru Om Panji didepan Barry.
“Panji! Ternyata kau masih hidup rupanya. Lalu dimana Sandy cs dan Sheila cs?”
“We are Here. Sir!”
“berkat obat herbal yang diberikan Deny. Siasatmu tak berhasil pada kami. Tapi ledakan itu membuat ingatanku dan Fadly menjadi kacau beberapa saat.” Ujar Sandy.
“lalu dimana pengawal saya yang asli?”
“kepada saudara Barry. Kami memanggil anda untuk dimintai keterangan.”
“keterangan apalagi? HEI!!!” lalu Barry dibawa ke ruang investigasi dan diikat kuat dengan tali tambang. Dan hukumannya ditambah menjadi hukuman mati.
Sejak saat itu, korban Karina yang terakhir ditemukan di belakang rumah Fadly. Dan beberapa hari kemudian, jalur masuk ke Pantai Kijing sudah dianggap aman dan dibuka kembali seiring berkurangnya korban selanjutnya.
Para putri duyung juga tersentak kaget saat mendengar pelaku yang sebenarnya bukan Karina, tetapi Paulina yang merupakan penyihir yang telah menculik Karina.
“kalau begitu aku akan memaafkan dia karena kami kira dialah pelakunya. Ternyata pelakunya adalah seorang penyihir yang dulu telah mengontrol cakra ninja kalian.”
“Penyihir?”
“ketua clannya John menceritakannya pada aku dan John. Jadi kami tahu hal yang sesuangguhnya.”
Sementara itu Deny masih tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Recha padanya, ia baru tahu kalau Recha juga mempunyai Jinchuuriki seperti miliknya.
“kami saja baru tahu kalau Recha juga Jinchuuriki, tapi aku juga tidak tahu kalau…”
Sandy, I Found a Bad News!”
“Really? What’s that. Sheila, Sanny?”
“Jenazah yang terakhir ditemukan itu ternyata Reno, kami baru mengetahuinya lewat Jurus Pemindai Jenazah yang dimiliki Fadly.”
“APA? Pantas saja Reno tidak bisa kuhubungi waktu itu. Ternyata penyebab monster itu semakin kuat adalah Laba-laba raksasa itu.”
“akhirnya ia bisa bertemu ayahnya di alam lain.” Gumam Rista terisak.
“saya juga tahu, Sandy, Rista, Deny, Sanny, Sheila.”
“Ibu Ratih?”
“saya diberitahu teman-teman Reno yang mengenali mayatnya. Katanya biar mereka saja yang mengurus pemakamannya.” Kata Ibu Ratih.
Mereka hanya terdiam dan mengerti apa yang Ibu Ratih maksud. Keesokan harinya, semua warga Desa Kijing menghadiri pemakaman Reno, termasuk Sandy cs dan Sheila cs. Aji dan Richie terisak-isak saat mengingat Reno yang kadang-kadang membuat mereka jengkel setengah mati. Saat liang kubur Reno sudah ditutup, hujan deras mengguyur pemakaman yang kering kerontang karena musim kemarau.
2 bulan berlalu, sejak kejadian itu, wisatawan yang menuju Desa kijing semakin banyak setiap harinya, apalagi saat hari libur nasional. Sandy cs dan Sheila cs kewalahan mengurus semua fasilitas yang ada. Tak jarang mereka harus bekerja berat tiap hari demi kepuasan wisatawan. Bahkan Sandy cs harus membantu Sheila cs menambah para pelatih surfing dan Diving di Desa Kijing. Malam harinya, merekapun menghibur pengunjung dengan konser mini mereka dengan lagu-lagu yang sedang tren.
3 hari setelah itu di malam hari, merekapun menuju ke bukit yang pernah mereka naiki bersama Andra dan Sammy 4 tahun yang lalu. Mereka dengan takjub melihat kilauan bintang di langit.
“jarang sekali aku melihat pemandangan ini. Biasanya kulihat ini di pulau Tengkawang.”
“kami juga, lampu-lampu di kota Jakarta membuat kami sulit melihat bintang-bintang di malam hari.”
“selama ada kita, kita pasti akan menghadapi musuh yang lebih berat daripada 2 bulan yang lalu.”
“Fadly setuju,”
“John juga.”
“aku juga. Kalau begitu kita akan terus berjuang hingga titik darah penghabisan siapapun musuh kita!”
“Semangat!!!”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar