12 Januari, 2013

A Journey Of TMZI : 3. Perkenalan


Sesampainya di pulau Pramuka. Kami disambut dengan indahnya terumbu karang yang seolah menyambut kedatangan mereka. Ternyata di pulau itu, juga banyak peserta jambore lainnya yang sudah menunggu lama. Tanpa diduga, ketua jambore tersebut ternyata seseorang yang kuidolakan sampai saat ini. Panji Petualang.
“Senang sekali rasanya kita berkumpul di tempat ini. karena tujuan kami menyelenggarakan jambore ini untuk menanamkan cinta terhadap alam dan juga lautan. Karena itu diharapkan, semua yang disini bisa saling mengenal satu sama lain. Dan sepertinya ada diantara kalian yang mengenal saya sebelumnya. Kalau boleh tahu, tolong perkenalkan dirimu didepan teman-teman Jambore kita yang lain.” Katanya sambil menunjukku.
“Aku?..... baiklah….. namaku Dila Muniarty, panggil saja aku Dila, umurku 18 tahun dan aku ingin merasakan petualangan yang sebenarnya di jambore ini bersama teman-temanku.” Kataku memperkenalkan diri.
“Dan kamu…” kata Panji menunjuk Axel.
“Namaku….namaku Axel, umurku 17 tahun. Aku ikut Jambore ini karena ingin merasakan pengalaman baru.” Katanya memperkenalkan diri juga.
Lalu seseorang yang kukenali yang bernama Fisha bertanya pada Axel karena penasaran.
“Apa nama Fb kamu?” tanya Fisha.
“Axel Aeniv Lymphos.” Jawab Axel.
“Axel Aeniv….tunggu rasanya aku pernah mengenal kamu di Fb….” Katanya teringat hal tersebut.
“Axel Aeniv Lymphos? Jadi kamu yang kemarin ingin menggambarkan aku versi Anime nya? Selain Dila?” tanya Panji penasaran.
“I…iya….” Kata Axel terbata-bata.
“Wah, ternyata Axel itu kamu….” Kaget Monica.
“Kenapa nggak cerita…” Kaget Dha juga.
“Kita pengen tau sifat kamu kayak gimana…” tambah Ismi dan Dina.
“Selama ini kita hanya melihat Foto Profilnya yang misterius itu.” Kata Misbah.
“Iya… betul” kata Hadi dan Arla membenarkan.
Karena hal tersebut, semua orang di klub Sahabat Panji membicarakan Axel hingga Rere merasa agak kesal dengan pembicaraan tersebut. Dan akhirnya Panji memecah pembicaraan tersebut.
“Sudah, cukup pembicaraannya. Sekarang lanjutkan yang lainnya.” Himbau Panji kemudian.
Setelah semua saling mengenal…
“Baiklah, sekarang kembali di camp kalian masing-masing. Dan kita akan berkumpul saat jam 19.00 nanti.” Kata Panji mengakhiri perkenalan.
Lalu semua bubar dan menjalani aktivitas seperti biasa. Termasuk aku yang menggambar di atas pohon karena aku tidak mau gambaranku diketahui orang lain. Bahkan seorang master anime drawer seperti Axel sekalipun.
“Dil! Turun, aku mau liat apa yang kamu gambar!!” teriak Axel dari bawah pohon.
“Nggak!! Kamu nggak usah tahu apa yang aku gambar!” seruku dari atas pohon.
“Masa’ kamu menggambar dengan kondisi kayak begini? Kita mau liat!!” kata Axel dan Ima memanjat pohon.
“Axel, Ima, kalo kalian nggak terbiasa manjat pohon. Nanti…” belum selesai aku berbicara, tiba-tiba terdengar…
KRAKKK! GUBRAKKKK!!
Axel terjatuh dari pohon karena dahan yang ia panjat tidak kuat menahan tubuhnya yang besar. Aku tidak peduli apa resiko yang ia alami dan Ima.
“Aku lupa kalo dahan yang aku panjat nggak kuat nahan badanku…” katanya meringis.
Lalu Misbah melihat sesuatu yang janggal pada Axel.
“Tapi, Axel. Apa kamu nggak kasian sama Ima?” katanya kasihan melihat Ima yang tertimpa tubuh Axel.
“Waduh!!!” kaget Axel lalu berdiri dan melihat Ima yang kondisinya seperti digencet diantara 2 orang gendut.
“AXEL!!” sahutku dan Ima serentak.
Saking kerasnya, sahutan itu terdengar di telinga Panji yang sedang memasak bersama Peni, Hadi dan Ismi.
“Baru kenalan udah buat gaduh suasana.” Katanya sambil menggoreng tempe.
Lalu Arla tiba-tiba datang…
“Arla, kamu kenapa?” tanya Panji mengangkat tempe yang sudah digoreng.
“Yasinta…” kata Arla terbata-bata.
“kenapa?” tanya Panji penasaran.
“Yasinta kayak mau tenggelam di laut.” Jawab Arla dengan jelas.
“Apa?” kaget Panji, Peni, Hadi, dan Ismi.
“Eh, Yasinta.” Lalu akupun turun dari pohon dan menimpa Axel dan Ima.
BUAKKK!!!
“WADUH!!” Ringis Ima lagi.
“Udah jatuh ketimpa …” kesal Axel.
“Sorry, Yasinta ada di laut dan membutuhkan pertolongan.” Potongku pergi.
Mendengar ucapanku, merekapun mengikutiku dan sesampainya di pantai, aku melihat Yasinta sudah jauh ke tengah laut. Tanpa pikir panjang lagi, Axel langsung terjun ke laut dan segera berenang menghampiri Yasinta. Tapi ternyata…
“ini kenapa sih kok ada rame-rame?” kata Yasinta.
“Yasinta?” kaget semuanya.
“aku ngambil buah rambutan di hutan sana dengan Septian.” Jelas Yasinta diikuti Septian yang menyusul Yasinta.
“jadi kalo kamu Yasinta, terus yang di laut itu apa??” tanyaku dan Khalil.
Tiba-tiba….
“WAAAAAKK!! KENAPA AKU MALAH MEGANG BANGKAI KAMBING??” teriak Axel geli membuang bangkai kambing tersebut .
Setelah menceritakan itu pada Panji…
“Bangkai Kambing?” tanya Panji keheranan.
Iya, Bangkai Kambing…” kataku.
Aku pikir yang di laut itu Yasinta. Ternyata bangkai, jelas aku geli.” Kata Axel dalam keadaan basah kuyup.
“Sudah, sekarang lanjutkan kegiatan. Dan Axel, Ganti bajumu. Nanti masuk angin. Yang tadi bilang Yasinta tenggelam siapa sebelum Arla?” tanya Panji.
Ternyata seorang panitia yang duduk di belakang menunjuk tangannya.
“Oh, anda… John. Hukumannya…”
“Sapu halaman semua bagian Camp!!” seru Semua peserta Jambore kecuali Klub TMZI.
“Kenapa semua bilang sapu halaman?” tanya Panji tambah heran.
“soalnya, tempat itu belum disapu. Kak Panji.” Kata Arla.
“udah gitu bekas sampahnya masih ada.” Tambah Hadi dan Monica.
“kemarin, sebelum persiapan jambore. Dia membuat masakanku jadi asin.” Kesal Juna, Ketua Chef Class Club.
“kalau begitu, semuanya bersihkan Camp. Sementara John aku beri dia kerjaan, nyuci semua piring dan baju peserta Jambore selama Jambore berlangsung.” Perintah Panji.
“APA??” Seru semua tidak percaya.
Saat sedang kerja bakti….
“Kerjain aja. Satia…” kataku menyapu lantai.
“Bukan begitu, Dil. Tapi Khalil dan Haekal kayak nggak ikhlas.” Kata Satia menunjuk Khalil dan Haekal.
Lalu aku melihat Khalil dan Haekal, ternyata mereka malah diam di pohon tak jauh dari camp.
“Terus kenapa kamu masih malu-malu?” tanya Haekal.
“Hei, kenapa kalian?” seruku.
“nggak, nggak ada apa-apa” kata mereka berdua.
“lanjutkan kerjaan deh. Nanti kerjaan kita malah ditambah.” Kataku pergi.
Lalu tiba-tiba…
“KECOAAA!!” teriak Radifan keluar dari Camp. Memang, Radifan sangat takut dengan kecoa. Tak lama kemudian…
“HIIII!!! Ada bangkai tikus dibawah kasur Camp Cowok!!” teriak Yasinta dan Peni geli. Dan akhirnya…
“WAAAH!! MAS HERU!!! LINTAHNYA DIBUANG DONG!!!” teriak Panji dari arah parit.
“Dila, kamu mau makan sawi nggak?” kata Axel tiba-tiba datang dengan seikat sawi yang ia bawa. Kontan saja itu membuatku jatuh pingsan dan digotong Amir dan Khalil ke Camp karena tidak suka sayur sawi. Axel hanya terdiam dan menyadari kalau aku tidak boleh makan sawi apapun jenisnya.
Saat makan malam, aku bingung karena tempat duduk di meja makan penuh. Karena sudah kelaparan, mau tidak mau, aku duduk dan makan di bawah pohon mangga yang sedang berbuah. Namun ternyata bukan hanya aku juga yang tidak kebagian tempat duduk. Axel juga memilih untuk makan di tempat aku juga duduk dan makan. Aku hanya diam saja dan ingin segera menghabiskan makanan yang kumakan. Baru setengah piring aku menghabiskan makanan, aku cegukan. Sialnya, aku tidak sempat mengambil air mineral dalam kemasan karena penuh sesak. Melihat aku yang mulai panik, Axel menyodorkan sebotol susu cokelat padaku.
“Minumlah, daripada nanti tambah parah. Aku tadi ambil 2 botol.” Katanya sambil menyodorkan minuman tersebut.
Akupun berpikir, dan berpikir. Namun pada akhirnya aku menyerah juga untuk menerima pemberian Axel dan segera meminum susu cokelat tersebut. Apa yang ada didalam pikirannya entahlah. Tapi jika aku mengajaknya bicara, dia malah diam saja. Mungkin ia belum terbiasa apa yang ia lakukan padaku, pikirku.
“Padahal bukan botol itu yang aku ingin berikan padanya…” pikir Axel meminum botol susu kedelai yang seharusnya ia berikan padaku.
“Kenapa kalian makan disini? Disana kepenuhan?” tanya Septian tiba-tiba muncul.
“Penuh sesak, karena pesertanya penuh.” Kataku mengelap mulutku dengan tisu.
“Eh, Khalil kenapa kamu disini.” Tanya Axel.
“udah penuh juga, jadi aku ngikutin kalian..” jawab Khalil.
“Kalian ini…” kata Panji tiba-tiba datang.
“Kak Panji, liat kondisinya.” Ucapku dan Axel serentak.
“Bukan itu, kalian nggak sadar diatas kalian itu apa?” Jelas Panji menunjuk ke atas pohon.
Lalu kami semua melihat keatas. Alangkah terkejutnya saat melihat burung hantu sedang hinggap di pohon tempat kami duduk. Karena menyeramkan, kamipun mencari tempat lain.
Malam harinya di camp, Axel tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang aku lakukan padanya saat berada di long boat. Iapun memakai kacamatanya dan keluar untuk mencari kesejukan. Namun ternyata ia kaget saat melihat aku duduk di batang pohon di tepi pantai. Apa dia juga nggak bisa tidur? Pikirnya. Iapun diam-diam mendekat…
“Siapa?” tanyaku.
“Ehem…kamu juga nggak bisa tidur?” kata Axel dari belakang.
“Axel?” kataku berbalik.
“Maaf atas kelancanganku tadi siang.” Katanya dengan perasaan menusuk.
“Justru aku yang ingin bilang begitu padamu. Seharusnya, aku…” belum selesai aku berbicara, tiba-tiba Panji menghampiri kami berdua.
“Axel, Dila? Kenapa kalian masih belum bisa tidur?” tanya Panji.
“Kita lagi liat pemandangan pantai saat malam hari yang lagi dingin ini…” jawabnya berbohong.
“Iya…” tambahku.
“Udah, ayo tidur. Nanti kalian ngantuk besok…kembalilah ke Camp kalian.” perintah Panji pada kami berdua.
“Iya, Kak Panji…” kataku dan Axel serentak kembali ke Camp.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar