03 September, 2011

Sandy Season 3 Episode 2


22 tahun yang lalu, 3 ekor siluman menyerang desa Kijing. Sesungguhnya Nindy Henita (kakak Ibu Ratih) telah menyegelnya kedalam sebuah batu besar yang terletak di kuburan di belakang gunung. Namun, ketiga ekor siluman yang membandel itu justru terkunci di tubuh Sandy yang tertidur (siluman serigala ekor 9), John yang terkulai pingsan yang mengira ia disambar petir (siluman landak bertanduk 7). Dan Fadly yang masih berada 7 bulan dalam kandungan ibunya (siluman ular putih berekor 8).
15 tahun kemudian, Fadly yang berusia 7 tahun itu sudah sekolah dan duduk di kelas 5 SD. Padahal, anak-anak sebayanya baru duduk di kelas 1 atau 2 SD. Sepulang sekolah, terkadang ia membantu ibunya mengantarkan makanan untuk tetangganya di desa Kijing. Memang tidak semua tetangganya baik pada keluarganya, termasuk anak-anak yang seusianya. Bahkan jika Fadly ingin bermain, anak-anak yang lebih besar darinya malah memukuli Fadly. Namun setiap kali ketahuan dipukuli, Sandy (saat itu berusia 23 tahun) melindunginya seperti adiknya sendiri walaupun Sandy bukan keluarganya. Oleh Sandy, dia diajari berenang hingga mahir. Ibunya tidak curiga terhadap Sandy yang sebatang kara, dan kadang-kadang Sandy diajak makan malam bersama di rumahnya.
Kekuatannya mulai terlihat 2 bulan kemudian. Saat dirinya sedang sendirian di tengah hutan, tiba-tiba ada sekelompok preman mengejarnya. Fadlypun berlari sekuat tenaganya menerobos hutan dan menghindari kejaran para Preman itu. Sementara itu, ibunya masih menunggu Fadly pulang.
“anakku dimana, ya? Apa jangan-jangan dia dipukuli preman-preman itu lagi ya?” pikir ibunya khawatir.
Hingga malam tiba, Fadly masih terus berlari menjauh dari kejaran para preman itu. Sialnya, Fadly menemui jalan buntu. Preman-preman itu akhirnya dapat mengepung Fadly.
“jangan siksa Fadly!!!” teriaknya dalam hati.
Ditengah ketakutannya, seekor ular besar melindunginya dan seekor ular kobra menggigit seorang preman yang diketahui adalah pemimpinnya. Preman itupun lari dari kejaran ular. Bisa ular itu juga membuat mati seketika. Melihat kejadian itu, anak buahnya kabur karena trauma terhadap ular itu dan Fadly sendiri. Fadly heran terhadap para preman yang awalnya ingin memerasnya. Dia masih merasa takut terhadap ular-ular itu. Fadlypun mulai menggerakkan tangannya. Ajaib, ular itupun mengikuti gerakan tangan Fadly. Akhirnya, Fadly memberanikan diri menyentuh ular itu. Ular itu ternyata juga ingin disentuh dan disayangi oleh manusia seperti dirinya. Fadly senang dan merasa beruntung dapat bersahabat dengan ular-ular itu. Fadlypun harus segera pulang, namun karena takut ibunya akan membunuh ular-ularnya, iapun memutuskan untuk tidur di tengah hutan yang gelap gulita bersama ular-ularnya.
Keesokan harinya, Fadly sudah berada didalam kamarnya bersama ular-ularnya.
“kok mama tahu kalo Fadly tidur di tengah hutan?” pikirnya dalam hati. Fadly diam-diam keluar dari kamarnya. Ia terkejut saat ibunya berada tepat didepan matanya.
“mama, jangan pukuli Fadly lagi...” kata Fadly ketakutan.
“Fadly, tidak mungkin ibunya akan memukuli anaknya tanpa sebab yang jelas.” balas ibunya.
“lalu, kenapa mama tahu kalau Fadly berada didalam hutan?”
“kakek tahu dari seorang preman yang menyerahkan diri di kantor polisi. Kalau ular kamu melindungi kamu dari kejaran preman itu.” Terang Tetua dari clan Maulana Abdullah.
Fadly semakin tidak mengerti apa yang dikatakan kakeknya itu.
“maksud kakek, kamu bisa mengendalikan pikiran hewan seperti yang dilakukan oleh semua kakak-kakakmu dulu.” Mendengar maksudnya, Fadly langsung saja masuk kembali ke kamarnya.
Awalnya, Fadly adalah anak bungsu dari ke-10 bersaudara. Namun, sebagian saudaranya berbeda ayah. Saudara tertua hingga saudara tertua ketiganya, mereka lahir dengan keadaan ayahnya yang pertama yang lebih dulu meninggal karena perang 17 tahun yang lalu, tetapi jasadnya belum ditemukan hingga saat ini. Sedangkan kakak keempat hingga dirinya lahir dengan ayahnya yang saat ini sedang dipenjara selama 13 tahun karena dituduh bersekongkol terhadap Pak Bandon. Kesembilan saudaranya meninggal saat melindungi Fadly dari serangan angin topan yang dikendalikan oleh Dika. Namun, Fadly baru bisa mengetahuinya saat dia berusia 4 tahun.
Ceritanyapun berlanjut saat dirinya berusia 13 tahun. Dia sengaja tidak mengikuti kuliah untuk sementara karena umurnya yang terlalu muda untuk menjadi mahasiswa. Suatu hari, Fadly sedang melanjutkan pekerjaan Sandy sebagai pengrajin kerang untuk menambah penghasilan. Memang di usia itu Sandy tidak tinggal di desa selama beberapa tahun.
Saat dia sedang menyelesaikan gorden gantung itu, tiba-tiba dia melihat ada kerumunan aneh di ujung dermaga. Setelah didekati, ternyata ada 2 mayat mengapung di bawah dermaga. Pak Ramli dan Azis sedang berupaya untuk mengevakuasi kedua mayat itu. Setelah diselidiki oleh Nadine, Lintang, dan Marika yang termasuk tim Forensik, ternyata mereka adalah 2 orang hilang yang diduga orang-orang Clan Maulana Abdullah seperti Fadly.
“bapak-bapak dan ibu-ibu yang terhormat. Dari hasil tim Forensik desa ini, mereka ternyata adalah mayat Renna Maulana Abdullah dan Zikka Maulana Abdullah yang diduga sudah dibunuh puluhan tahun yang lalu. Tapi anehnya, kami tidak menemukan tanda-tanda bekas kekerasan. Diduga mereka dibunuh karena diracun lalu dibekukan dengan jurus Pembekuan selama bertahun-tahun. Dan dari hasil tes DNA yang kami dapatkan, mereka murni dari clan Maulana Abdullah seperti Fadly dan usia mereka lebih dari 27 tahun...”
“HAH! Benarkah apa yang kakak katakan?” tanya Fadly.
Nadine hanya mengangguk. Mendengar semua itu, hati Fadly semakin sakit dan terpukul karena kedua kakaknya meninggal dengan cara tragis seperti itu.
“begitulah ceritanya, Sandy.” Kata Rista mengakhiri ceritanya.
Keesokan harinya, pagi yang sangat cerah menyambut Fadly tepat diwajahnya yang masih merasa ingin tetap melanjutkan mimpinya. Fadlypun bangun dari tempat tidurnya dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. Didalam hatinya, ia tidak tahu siapa yang menyembuhkan dan membawa dirinya kembali ke rumah kesayangannya. Meskipun dalam hidupnya didera penyiksaan dan kesedihan yang menusuk hatinya, dia tetap tersenyum untuk melanjutkan hidupnya yang masih panjang. Saat dia bersiap-siap  keluar untuk mencari buruan di lautan, Sandy dan yang lainnya ternyata sudah menunggu dirinya dari tadi subuh.
“Fadly, kami sudah dengar semua kehidupanmu ini sampai sekarang. Ternyata, kau lebih merasakan hidup itu lebih menyakitkan daripada yang kakak alami selama ini.”
“dan ada yang ingin kami sampaikan padamu.”
“apa, Kak Sandy?”
“kami sayang padamu meski kau adalah anggota geng termuda di Sandy cs ini.” Kata Sandy berlinangan airmata.
Fadlypun memeluk Sandy dengan eratnya.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar