01 September, 2011

Sandy Season 2 Episode 14


Akhirnya kedamaian desa sudah berada di puncaknya. Mereka senang orang gila seperti Pak Bandon sudah tiada. Namun semua itu hanya sesaat saja. Suatu hari, Sandy sedang membereskan kerang hiasannya untuk ia jual. Saat ia sedang membereskan pekerjaannya, tiba-tiba John datang ke rumahnya.
“loh, tumben kamu datang ke sini, biasanya Fadly yang sering kesini.”
“dengar kak, tahun-tahun yang menyenangkan membuat kita harus berpisah.”
“loh, John kamu ini ngomong apa sih?”
“aku mendapat surat dari rumah sakit bahwa aku divonis menderita penyakit kanker otak stadium tiga, dan...”
“APAAA???!!!” tiba-tiba Fadly yang sedang lewat di rumahnya datang karena kaget mendengar berita itu. “kak John terkena kanker otak stadium tiga.... nggak mungkin selama ini kakak nggak punya penyakit seperti itu.”
“tapi ini takdir Tuhan, Fadly. Hidup kak John sendiri tinggal 2 minggu lagi.”
Mendengar apa yang dikatakan John, Fadly dan Sandy kaget dan tersadar secara serentak.
“APAAAAAA???!!!!!!” tiba-tiba Fadly pingsan, kemudian Sandy membawanya ke kamar tamu.
“kak Sandy, aku pergi dulu untuk menenangkan diri.”
“nggak apa-apa, kamu pergi aja selagi aku masih menjaga Fadly.” Jawab Sandy.
Johnpun langsung pergi ke bukit karang untuk merenungkan dirinya. Sammy yang sedang mengajak Panji jalan-jalan, tiba-tiba melihatnya sedang merenungi sesuatu yang aneh dan menghampirinya.
“John, kok kamu murung begitu.”
“aku murung begini karena...”
“APAAAA!!!, KAMU TERKENA PENYAKIT KANKER OTAK STADIUM TIGA????!!!!!”
“betul Sam, apalagi usiaku tinggal dua minggu lagi.”
Mendengar apa yang dikatakan John, Sammy menjadi pendiam terhadap John. 
Tiga hari telah berlalu, John masih belum merasakan efek penyakit yang dideritanya, semua teman-temannya dan tetangganya semakin prihatin terhadap penyakit yang diderita John. Suatu hari, Fadly melihat John sedang merenung melihat pemandangan sunset* pantai yang mungkin untuk terakhir kalinya ia merasakannya, Fadlypun menghampirinya,
“kak John, Fadly juga prihatin atas penyakit kak John, pasrah aja kak John, kita bisa menikmati kegembiraan itu tanpa...” tiba-tiba saja, lubang hidung John mengeluarkan banyak darah lalu terbatuk-batuk dan mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.
Melihat hal itu, ia segera menggendongnya dan memanggil Sandy, Nadine, dan Mistin untuk mengobati John kembali. Warga yang melihatnya segera membantu Fadly dan membawa John ke rumah sakit terdekat. Disaat itu juga, Nadine dan Mistin kaget setelah mengetes efek samping dari antidote yang mereka buat beberapa bulan lalu di laboratorium obat alaminya. Ternyata antidote tersebut juga terkandung bahan-bahan penyebab kanker jika diberikan dalam jumlah banyak, termasuk kanker otak stadium tiga yang diderita John. Memang miris, bisa saja suatu hari John meninggal. Akhirnya, dugaan Nadine, Mistin, dan Sandy 99,9% benar. Terbukti akhir-akhir ini, John sering batuk berdarah dan pingsan saat bekerja. Kemungkinan 1 minggu lagi, hidup John berakhir. Saat Sandy menelepon Sheila, Sheila ternyata juga tahu kalau ia menderita penyakit seperti itu dan ia juga ikhlas menerima kepergian pacar yang Sheila sayangi. Selama itu, John masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Bahkan, ia rela diguyur hujan di depan rumah Sandy. Melihat hal itu, Sandy, Andra, dan Fadly segera membujuknya masuk kerumahnya.
“kak John, jangan begini terus. Nanti umur kak John semakin pendek lagi!” sahut Fadly.
“Fadly benar, masuk saja John.” tambah Sandy.
“kalian tidak mengerti, aku disini untuk menunggu kematianku.”
“jangan begitu, kau ingat saat kita menikmati hari itu bersamamu?” cegah Andra.
“itu aku tahu Andra, tapi aku juga sedih jika aku meninggalkan kalian.”
“mendingan kamu masuk saja daripada mengguyurkan diri disini.” Tiba-tiba Ibu Ratih datang dihadapan mereka.
“John, dulu Zenda juga kayak kamu, kamu sadar bahwa hidup ini hanya sementara.” Ungkap Ibu Ratih.
“tapi, John ingin hidup terus.”
“sudahlah, ayo kedalam nanti Fadly masuk angin apalagi kamu.” Bujuk Ibu Ratih. Akhirnya John bisa dibujuk Ibu Ratih dan merekapun masuk kedalam rumah.
3 hari kemudian, Sandy, Andra, dan Fadly melihat John pergi mengantar ibunya ke sebuah pabrik. Dua jam setelah John mengantar Ibu Elly, ia kembali pulang. Fadly saat itu juga sedang mencari John, Fadly bertemu John di seberang jalan. Fadlypun segera menghampiri John, ia segera menyebrangi jalan itu. Tanpa disadari Fadly, tiba-tiba sebuah truk kontainer akan menabrak Fadly di jalan tersebut. John segera mendorong Fadly ke seberang jalan di semak belukar.
BRAAKKKKK!!!!!!!!!! Dan terjadilah sebuah tabrakan yang menggemparkan semua orang di sekitarnya. Sandy cs datang menghampiri mereka, sementara itu pengemudi truk kontainer yang sedang mabuk berat mencoba kabur dari keramaian itu. Akan tetapi, langkah mereka dihalangi polisi berpakaian preman di sekitarnya. Dengan bersimbah darah, John memegangi tangan Fadly, Mistin, Nadine, dan Sandy.
“Sandy...Fadly... Mistin...Nad...aku...mau...bilang...sama kalian, jjjiika...aku....meninggal..., ada pesan-pesan...terakhir...aku to...long bunga Aster merah keunguan... kesukaan...Sheila,...kkalian...kuburkan...bersama mayatku dan beritahu mama kalau aku meninggal, yang akan selalu mengantar-jemput mama ke pabrik adalah Mistin. Dia saat ini butuh...Ibunya...saking...dddiiia....teringat kematian ibunya...”
Lalu, Johnpun menghembuskan nafas terakhirnya di jalan. Fadly tercengang, iapun mencoba meminta tolong tim dokter untuk melakukan Heart Massage**. Namun, ternyata John memang sudah dinyatakan meninggal karena dua hal. Pertama, ia ditabrak oleh truk kontainer saat ia berusaha menyelamatkan Fadly. Dan ia mengidap penyakit kanker otak stadium tiga.
“Fadly, ikhlaskan saja kepergian John dan turuti kata-kata terakhirnya.” Perintah Sandy dengan berlinagan airmata.
Melihat hal itu, kunci monster didalam tubuh Fadly yang seharusnya hanya bisa dibuka paranormal tiba-tiba saja terbuka dengan sendirinya. Lalu, ia berlari dibawah guyuran hujan menuju pos polisi. Dan menyadarkan orang yang telah menabrak John. Sementara itu saat Ibu Elly bekerja, bos dari pabrik tempatnya bekerja memberitahukan sesuatu padanya bahwa John meninggal karena tertabrak oleh pengemudi truk kontainer dua jam setelah mengantar dirinya bekerja. Mendengar hal itu, dia menangis dan segera pulang di bawah guyuran hujan yang pertanda duka cita. Sepulang bekerja, Ibu Elly melihat John sudah bersimbah darah. Melihat anaknya sudah meninggal, Ibu Elly langsung jatuh pingsan. Andra dan Nadine segera membawa Ibu Elly ke kamar tidur, sementara Aji dan Indra masih mempersiapkan kain kafan jenazah John. Keesokan harinya, mayat John akhirnya dikuburkan bersama 14 kuntum bunga krisan merah kesukaan Sheila sesuai permintaan John sebelumnya walaupun saat itu juga sedang turun hujan lebat. Empat minggu setelah John dimakamkan, Fadly masih merasa kesepian sepeninggal John. Bahkan hingga hari yang ditunggu warga desa kijing sekalipun. Ia masih sedikit merasakan kerinduan-kerinduan persahabatannya tersebut.













*pemandangan matahari tenggelam dari arah pantai
**sejenis alat pemacu jantung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar