31 Agustus, 2011

Sandy Season 2 Episode 11


Sandy, John, dan Aji sadarkan diri dirumah salah satu warga desa pulau Temajo. Mereka melihat roh leluhur masih menunggu mereka bertiga sadarkan diri, Johnpun bertanya.
“kenapa kalian masih disini?”
“kami menunggu kalian karena urusan kami belum selesai.” Aji sadarkan diri dan menjelaskannya.
“kalian salah, bagi kami urusan kalian selesai.”
“benarkah??!!”
Aji hanya mengganguk, perlahan tubuh mereka terhapus oleh cahaya matahari yang bersinar menerangi kamarnya. Fadly tiba-tiba datang memasuki kamar mereka dirawat.
“sudah sadar, ya?” Sandy dan yang lainnya kaget melihat Fadly sudah sembuh.
“Fadly, kamu sudah sembuh?”
“loh, kok kalian balik nanya ke Fadly, sih?” omel Fadly. Lalu melanjutkan pembicaraannya,
“kak Sandy, Fadly hanya diberikan perban, Fadly hanya mempunyai luka tersengat listrik dengan kak Mistin.” Sandypun mengerti. Sementara itu di pengadilan, Andra, Sammy, dan Nadine, serta Sheila cs menghadiri sidang hukuman Pak Bandon. “bapak-bapak Ibu-ibu harap tenang, kita saat ini masih menunggu Sandy, John, Fadly, dan Aji yang saat ini masih dirawat di...”
BRAAAKKK!!! tiba-tiba terdengar hentakkan pintu ruang sidang didepan hakim. Sandy, John, Fadly, dan Aji ternyata menyusul dihadapan hakim untuk menyatakan pernyataan yang sebenarnya, walaupun pukulan mereka membuat tubuh mereka kesakitan.
“memang 8 tahun yang lalu kami nyaris dibunuh oleh NERO PIRATES, tapi kami selamat dari ancaman maut oleh Pak Bandon.” Ungkap Fadly.
Mendengar semua yang dibuktikan oleh Fadly, Pak Bandon marah dan membantah Fadly,
“PEMUDA YANG TIDAK TAHU SOPAN SANTUN, KAMU MENUDUH SAYA YANG MENYURUH MEREKA AGAR SAYA BISA MENDAPAT KEUNTUNGAN SELAGI MEREKA MENYERANG KALIAN!!” namun bantahan itu dibuktikan oleh Rista yang menjadi korban KDRT. Ia akan memutar video rahasia yang ia ambil dari lemari arsip Pak Bandon.
Saat seorang petugas akan memutarnya, tiba-tiba Pak Bandon mengakui kesalahannya.
“saya mengaku, saya adalah ketua NERO PIRATES, saya juga adalah pengedar narkoba jaringan internasional, saya juga adalah otak dari peperangan antardesa, saya juga adalah otak dari pembunuhan keluargamu, Mario, Derry, dan Bu Rima. Saya sengaja meneror desa karena di dalam gua tempat mereka mencari NERO PIRATES terdapat tiga buah kotak yang berisi batu Cylista* yang katanya jika dijual, harganya bisa mencapai 3 miliar dolar Amerika, saya juga dikenal sebagai warga negara Malaysia yang tidak mempunyai paspor, saya...” tiba-tiba Sandy memotong omongan Pak Bandon,
“tunggu sebentar. Pertama, Batu Cylista itu tidak ada. Yang ada didalam kotak tersebut hanya permata biru biasa. Kedua, kalau kau dari Malaysia dan menyusup ke Indonesia, kau seharusnya memiliki paspor.” Ibu Renipun menambahkannya.
“kau seharusnya dideportasi, Bandon”
“CUKUP!!!! Bapak-bapak dan Ibu-ibu, Saya memutuskan bahwa Sandy dan Sheila cs tidak bersalah, dan Pak Bandon dihukum mati.”
Fadly tiba-tiba memotong keputusan hakim.
“tunggu Pak, beliau pernah bilang jika Pak Bandon dieksekusi mati; pertama, beliau menyuruh Sandy cs yang akan mengeksekusinya; kedua, jangan memakai senjata api; terakhir, mayatnya harus dibakar dan abunya dibuang ke laut.”
“Apakah benar yang dikatakan saudara Fadly?” tanya seorang hakim ketua.
“benar, Pak.” Jawab Pak Bandon tanpa ekspresi apapun.
“baiklah, sesuai permintaan beliau, eksekusi terpidana mati Ng Mong Li alias Bandon akan dieksekusi oleh Sandy cs.”
 5 hari kemudian, tiba saatnya untuk mengeksekusi mati Pak Bandon. Sandy cs sudah bersiap-siap untuk mengeksekusi mati Pak Bandon.
“Sandy, kamu siap, kan?” ungkap Andra. Sandy hanya mengangguk. Dengan anak panah, Sandy cs siap mengeksekusi mati Pak Bandon secara bersamaan.
“ingat kalian harus fokus pada bagian yang harus ditembak.” Itulah pesan seorang komando pelaksanaan eksekusi mati Pak Bandon.
“kalian harus menembaknya tepat di jantungnya, jika saya sudah mengucapkan dimulai kalian harus menembaknya, mengerti?”
Sandy cspun serentak, “ya.” Kemudian, komando memberikan aba-aba untuk bersiap-siap menembak target.
“3...2...1, TEMBAK!!!” secara serentak Sandy cs menembakkan anak panahnya kearah jantung Pak Bandon. Seketika, Pak Bandon tewas tertusuk anak panah. Beberapa saat kemudian, Sandy, Andra, Sammy dan Fadly membakar jasad Pak Bandon  di lapangan yang sudah disiapkan sebelumnya. Lalu John, Nadine, Mistin, dan Aji membuang abunya ke lautan seperti pesan Pak Bandon sebelumnya.
Keesokan harinya, warga desa kijing menunggu kapal yang katanya mengantar Sandy cs, Sheila cs, dan Ibu Ratih untuk pulang. Jam 06.15 pagi, Reza dan si kembar Rika dan Risa melihat kapalnya muncul dan merapat di pantai, warga melihat Sandy cs, Sheila cs, Ibu Ratih, dan Ari. Mereka gembira karena mereka sudah berhasil menangkap Pak Bandon.









*Batu intan yang dianggap mulia (tetapi, Pak Bandon menyebutnya sebagai batu Cylista)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar