17 Agustus, 2011

Sandy Episode 5


2 hari kemudian, Sheila kembali pulang ke Jakarta dengan rasa lega, malam harinya, tidak seperti biasanya Sandy, Andra, dan Sammy pergi ke tempat dimana Andra dan Sandy melihat kunang-kunang merah pertama kalinya dan rebahan di padang rumput sambil berkemah.
“indahnya, ya, ternyata benar tentang filosofi bulan dan lautan, mereka seperti dua sejoli yang selalu bertemu di malam hari.”
“seperti kamu dan Sandy walaupun kalian menganggap diri kalian sendiri teman saja.” Mendengar komentar Sammy, dia dan Andra pura-pura tidak peduli dan masuk kedalam tenda.
Lalu Andra mengatakan sesuatu yang selalu didengar Sandy cs,
“dengar ya Sammy, aku hanya teman biasa”.
 Sandy akhirnya tertidur lelap di pangkuan Andra yang tidak mengetahui dirinya disandar Sandy. Sandy bermimpi bertemu ibunya.
“ibu, kaukah ibuku?”
“benar, Sandy sayang.”
“tunggu dulu, ibu ‘kan tidak tahu namaku sejak Sandy masih bayi.”
“Mario lah yang memberi tahu ibu namamu, kamu cantik seperti arti namamu, Sandy.”
“Serius, bu?” tanya Sandy dengan wajah tanpa emosi sedikitpun.
Ibunya hanya mengganguk dengan penuh perasaan.
“bayangkan kamu dibunuh lalu kamu dihidupkan kembali. Kamu merasa mati itu seperti apa menurutmu?”
“gelap dan tidak ada apa-apa.” Jawab Sandy dengan wajah tanpa emosi.
“benar nak, suatu saat salah satu dari teman-temanmu akan seperti yang ibu katakan.” Lalu meniggalkan Sandy.
“ibu, apa maksud ibu…” tiba-tiba, Andra membangunkan Sandy setelah mengetahui dirinya disandar Sandy yang sedang terlelap.
“Sandy, bangun Sandy, kamu ketemu ibu kamu?”
“ini rahasiaku, Andra.” Lalu, Andra memegangi tubuhnya.
“Sandy, sedikit saja.” Sandy mendorong Andra.
Please… Andra.”
sorry membuat kamu marah.”
“aku bukannya marah, aku sayang sama kamu, tapi aku takut kalau hal ini diketahui oleh Pak Bandon koruptor, jelek, gendut, dan pemalak hak orang itu.”
“aku janji nggak akan beritahu cerita ini, siapapun orangnya, Sandy.” Sandy pun menyetujuinya. Tiba-tiba Sammy dan Fadly mengejutkan Sandy saat sedang mengunci pintu rumahnya.
“kenapa sih kalian ngagetin kakak kalian?”
“sorry, kak Sammy dan Fadly Cuma iseng kok.”
“tapi jangan begini lagi, kakak nggak suka! Kakak mau ke pasar jualkan benda yang kakak buat ini, kalo perlu kalian boleh bantu, serius.” Ajak Sandy.
 Merekapun mengikuti Sandy. Saat perjalanan pulang, hujan turun dengan lebatnya di malam itu. Dan Fadly melihat Andra juga ada disana dan menghampirinya. Namun bukannya berbicara, Andra malah menampar Sandy dengan keras. Fadly tercengang dan melerai mereka.
“kak Andra kenapa menampar kak Sandy.”
“dia itu selingkuh denganku, Fadly.”
“Hei, apa maksudmu??” Potong Sammy.
“aku dengar dari Aji, katanya kalian berpacaran dengannya.”
“Andra, sudah berkali-kali kukatakan, jangan pernah mendengarkan Aji apapun katanya.”
Tiba-tiba Mistin datang membawa sebuah handycam dan kamera untuk membuktikannya.
“kalau kalian mau tahu buktinya...” belum selesai ia katakan, Sandy dan Sammy menjadi marah.
“Mistin, kita pergi saja.” Sammy dan Sandy pergi begitu saja dibawah guyuran hujan deras. Ia dan Sammy masih merasa marah terhadap Andra.
   Keesokan harinya, ia berangkat menuju ke tempat pelelangan dengan kapal sederhananya, ia menjual semua cinderamata buatan tangannya dan ia mendapatkan penghasilan dengan jumlah yang cukup banyak dan ia menghabiskan uangnya itu dengan membeli pakaian baru, sembako selama setahun, peralatan menjahit kerang, dan sepeda keranjang untuk membawa kelapa kiriman jika hanya satu buah kelapa saja yang dipesan oleh juragan kelapa yang dikenal dengan sebutan ‘Pak Haji’. Dan sisa uangnya digunakan untuk mentraktir teman-temannya di sebuah rumah makan terkenal di dusunnya. Harganya murah-murah bagi Sandy dan Nadine sendiri. Di dusun tempat Sandy tinggal, tidak ada yang namanya rentenir. Jadi ia bisa bebas membeli apapun 2 hari kemudian, ia ke pontianak hanya untuk liburan dan membeli oleh-oleh untuk teman-temannya. Wajarlah, teman-temannya dan dirinya menyukai makanan-makanan khas Pontianak.
Keesokan paginya, Andra dan Sammy ditugaskan menjadi penerima dan penjual ikan di dusun pulau seberang. Sandy, Nadine, dan Mistin sedih karena mereka ditugaskan untuk menggantikan petugas di sana karena berbagai alasan, mereka berada di sana hanya 1 minggu saja.
“Nadine, jangan sedih aku nggak lama.”
“maaf ya, soal 2 hari yang lalu itu. aku selalu kangen kamu, Andra.” Andra memeluk Sandy.
always, Sandy.”
“Sandy, kalo ada apa-apa dengan aku, kamu harus pergi sendirian di sana, dan Fadly, Benny pesan jaga mereka bertiga.”
“baik, Ben... Fadly juga akan selalu mengingat Benny.” Lalu Andra memegangi tangan Sandy dan melepas kepergian mereka.
Sandy pulang dan langsung ke tempat tidur. Ia bermimpi bertemu ibunya lagi.
“Sandy, kenapa sedih sayang?”
“ditinggalin pacar, bu.”
“nggak apa-apa kok, begini tentang kalung yang kamu pakai itu memang kalung ibu, berlian yang ada di bagian mata liontin itu, namanya batu Cylista Marine, persis namamu Sandy. Namun berlian itu banyak diincar bajak laut karena harganya melebihi emas, biasanya berlian itu digunakan untuk upacara roh nenek moyang bajak laut, anggap saja batu itu permata biasa.”
“terus apa kaitannya dengan aku sendiri?”
“kamu tahu NERO PIRATES, mereka membunuh semua keluarga kita karena berlian tersebut. Selain itu, mereka juga merampok semua harta benda penduduk disini. Sampai sekarang anggota mereka tetap 20 orang, hanya 1 dari 20 orang yang belum warga ketahui identitasnya, oh iya ibu hampir lupa, tentang pacar kamu itu, kata kakakmu, kamu memang ditakdirkan dengan Andra.”
“bener nih?”
“iya, sayang.” Sandy memeluk ibunya.
“ada beberapa hal lagi, Sandy. Pertama, tanda tato bergambar lautan itu memang sudah ibu berikan sejak kamu masih bayi. Kedua, tanda bintik hitam itu menandakan kamu sangat kuat, fisikmu maupun hatimu. Jika kamu akan membunuh Dika, ikatkan kalung itu di senjatamu dan tusuk dia di jantungnya. Sekarang ibu harus pergi.”
“ibu, tunggu dulu, aku belum selesai, ibu…”
Lalu, ia bangun dari mimpinya, lalu ia menelepon kantor tempat Andra dan Sammy bekerja dengan handphone nya. Hal yang ia ingat dari mereka adalah saat dirinya mencubit perut Sammy.
“biarpun wajah dan perutmu mirip si Indra Bekti, bagiku kamu adikku.”
Mengingat hal itu, Sandy terkadang senyum sendiri. Saat ia tersenyum, Fadly memanggilnya, Sandy kaget dan berlari kearahnya.
“ada apa.”
“Fadly cuma mau ngomong sebentar dengan kak Sandy, kita ngomong sambil jalan-jalan aja, disini banyak debu.” Jelas Fadly sambil terbatuk-batuk karena alergi.
“baiklah, Ly.”
“begini kak, selama ini kakak punya masalah nggak dengan sesuatu...”.
Baru sepuluh kata Fadly ucapkan, BYUUUURRRR!!!!! Fadly dan Sandy terkena siraman air dari arah samping. Disaat itu juga tiba-tiba Aji, John, dan Derry berlari dari arah rumah Nadine. Tiba-tiba Nadine berlari mengejar mereka dalam keadaan memakai handuk, lalu berteriak dan melempar ember besar berisi air,
“HEEH!! KALIAN BERTIGA JANGAN NGINTIP GUE LAGI!!!” Melihat mereka berlarian, Sandy dan Fadly menjadi bingung sendiri.
Namun 10 detik kemudian, akhirnya kemarahan Fadly tersulut juga. Sandy melihat Fadly berteriak dan berlari menyusul karena kesal telah disiram air.
“KAK NADINE, AJI, KAK DERRY, KAK JOHN, JANGAN LAKUKAN LAGI!!!!!!!!!” sambil menutup telinga, Sandy hanya menghela napas panjang melihat amarahnya seperti Andra.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar