17 Agustus, 2011

Sandy Episode 6


Suatu hari, warga dusun dikejutkan dengan hilangnya Andra dan Sammy saat mereka yang harusnya sudah pulang sebulan yang lalu.
“Mistin, aku nggak tahu kenapa hal itu bisa terjadi, mungkin saja mereka pergi karena kamu maksa mereka.”
 “BUKAN!, saat mereka akan pulang dari TPI*, kemungkinan kapal yang mereka tumpangi....” Tiba-tiba Mistin pingsan.
“Mistin...Mistin kok kamu pingsan sih, Nadine tolong ambilkan parfum atau benda yang wangi untuk menyadarkannya.” Nadine pergi mencari barang yang dimaksud Sandy.
Lalu Sandy memanggil Ari, adiknya Andra yang juga penjaga pantai di dusun itu.
“Ri, kamu sudah periksa semua wilayah disini?”
“sudah kak Sandy, tapi tim polisi, tim hansip, dan semua warga laki-laki tidak menemukan mereka sama sekali.”
“apa tidak berbahaya, Ri?”
“berbahaya bagi yang suka berenang disana.” Ari pun menambahkannya. Tiba-tiba nenek Ihra datang menghampiri Ari dan Sandy.
“ada apa, nek? Kakek juga hilang ya, saat mencari udang di tempat yang sudah diberi garis polisi?”
“dengar, nak bukan hanya kakek, tapi si John dan anak saya, si Samin itu juga hilang kayak 2 teman kamu.”
Mendengar hal itu, Sandy mulai curiga dengan peristiwa yang terjadi selama ini, jam 19.00 tepat ia membicarakan hal itu pada teman-temannya.
“Nad, kenapa ya, kalau ke lautan yang dalam, itukan harusnya kapal itu mengecil dan menghilang, kok sudah satu bulan mereka nggak pulang-pulang.”
“aku sebetulnya juga mau ngomong begitu, tapi aku juga curiga, selama ini Pak Bandon nggak pernah muncul kalo ada peristiwa menghebohkan seperti ini.”
“kamu cantik seperti Nirina Zubir kalau muka kamu begitu.”
“Sandy sendiri cantik seperti ‘Indy Barends’ kalo mukanya marah atau jealous dengan Andra.”
“AAAAKH!!! Kamu ini kayak si Sheila, aku cuma teman dengan dia.” Fadly melerai Sandy dan Nadine.
“Sudah-sudah harusnya kalian itu bersyukur dengan ‘yang diatas’ karena diberi kecantikan seperti itu.” Semua menjadi bingung.
“apa Tuhan yang kamu maksud ‘yang diatas’ ?” tanya Sandy.
Fadly hanya menggangguk. Mendengar perkataan itu, Sandy menyuruh semuanya meneruskan pembicaraan itu.
“sampai dimana obrolan tadi?” mendengar Sandy bertanya seperti itu, Fadly malah berdecak dan menggerutu sendiri.
“yaah, kak...kak...”
2 hari kemudian, orang-orang berkerumunan 2 meter tepat di tepi pantai atau didepan rumahnya, saat Sandy dan teman-temannya ingin menjual buah kelapa untuk dijual ke Tigor si penjual minuman kelapa dan ke Pak Haji. Ia dan teman-temannya mengantarkan semua kelapanya dan menghampiri Pak Heri, selaku ketua RT dan kerumunan itu. Ia kaget mendengar ada mayat, ia khawatir mayat itu adalah mayat Andra dan Sammy.
“Tenanglah Sandy cs, mayat ini bukan mayat dua teman kalian, tetapi mayat ini adalah mayat Pak Tobi dan mayat Pak Edi, pejuang pencarian Andra dan Sammy, dan mereka dimutilasi. yang Ari temukan tadi adalah bagian kepala Pak Edi dan tangan kiri Pak Tobi.” Sandy kemudian menjauhi kerumunan itu dengan perasaan ngeri.
“apa mungkin ini ada kaitannya denganku?” gumam Sandy.
2 menit setelah kejadian itu, tiba-tiba jam tangan milik Sandy berbunyi menandakan jam 11.00 siang, ia tahu 1 jam lagi ia harus memberikan kelapa hasil panen miliknya harus diserahkan ke Pak Haji sebelum jam 12.00 siang. Namun, ia rupanya mendapat penghasilan lebih banyak dari biasanya dari yang ia dapatkan setiap harinya. Lalu ia menghabiskan uang itu untuk membeli kapal sendiri dan menggunakannya untuk menjemput Andra saat tengah malam. Namun ia tidak tahu kalau kapal itu sudah dilubangi oleh pemilik yang tak lain adalah salah satu anggota NERO PIRATES.








*Tempat pelelangan ikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar