15 Agustus, 2011

Sandy Episode 1


Di pesisir pantai, sebuah pondok tidak jauh dari rumahnya, seorang wanita duduk mengerjakan pekerjaannya sebagai pembuat cinderamata di daerah yang masuk sebagai daerah wisata. Sekilas warga melihatnya seperti lelaki, namun sebenarnya ia perempuan berusia 25 tahun, yang tomboy, sinis dan pendiam, dia bernama Sandy, tetapi bagi Andra, kekasihnya ia adalah wanita yang sempurna walaupun Sandy sudah kehilangan orangtuanya. Setiap bulan ia selalu mengunjungi keluarganya di kuburan lereng gunung, dan setiap malam ia selalu membayangkan seperti apa wajah keluarganya sejak ia bayi.
Sebenarnya Andra, teman-temannya, masyarakat, kepala desanya, dan orang-orang luar peduli kepada Sandy, namun hal itu tidak ditanggapi oleh kepala dusun itu sendiri. “Pak Bandon”, itulah sebutan kepala dusun mereka. Orang itu tidak mau bersimpati dengan Sandy, apalagi orang lain yang menyayanginya, termasuk Andra sekalipun. Ia juga punya teman yang ia anggap adik sendiri, ia bernama Sammy, dan teman-temannya yang bernama Nadine, Mistin, Fadly, Aji, dan yang lainnya, terutama ibu kepala desa yang selalu baik pada Sandy. Sandy cs adalah nama geng yang selalu berbuat baik pada warga desa kijing, terutama saat perampok datang di desa mereka dan mereka melindungi warga.
    Suatu malam, Andra mendengar suara sumbang yang bersumber dari arah rumah Sandy, ia melihat Sandy menyanyikan lagu sedih kesukaannya di radio, lagu itu adalah lagu kesukaan Mario sejak Sandy duduk di sekolah dasar sampai sekarang ini, lagu cinta untuk keluarganya yang lebih dulu meninggalkannya. Sandy terus menyanyikan lagu tersebut secara terus-menerus hingga matahari terbit dengan harmonika warisan saudaranya 20 tahun yang lalu, terutama setiap malam minggu. Mendengar suara itu, semua orang yang mendengar suara nada harmonika itu tertidur ataupun terharu, termasuk ibu kepala desa, kecuali Pak Bandon, ia protes didalam hatinya karena warganya lebih peduli pada Sandy daripada dirinya, ia merasa iri hati karena suaranya lebih merdu daripada dirinya. Keesokan harinya, warga yang mendengarnya mendatangi rumah Sandy yang besar tetapi bersih, saat itu Sandy sedang tidur terlelap karena kelelahan meniup harmonika semalaman, Sandy mendengar ketukan pintu dan ia membukanya, ia kemudian kaget saat ia melihat semua warga mendatangi rumahnya,
“Ada apa Pak, Bu?”
“harmonika milik almarhum kakakmu yang kamu mainkan, membuat saya bisa tertidur lelap.”
“Betul Pak Jamal, bukan hanya itu, lagu yang kamu nyanyikan juga membuat maling-maling ketiduran, jadi, kemarin kita bisa menyerahkan maling-maling ke polisi saat maling-malingnya masih ketiduran.”
Tiba-tiba saja Pak Bandon muncul di hadapan warga dan Sandy dengan ekspresi marah.
SANDY!! LAGU ITU MEMBUAT SAYA MARAH, TAHU!!!! lalu, Pak Bandon pergi begitu saja meniggalkan Sandy dan warganya.
Mendengar hal itu, Sandy menjadi sedih. Namun warga menghibur Sandy,
“Sudahlah, omongan beliau jangan didengarkan.”
“Sandy, Pak Haji benar, omongan beliau jangan didengarkan.” Tambah Derry.
Lalu Ibu Ratih mendatangi Sandy
“Sandy, ada hal yang harus Ibu katakan pada kamu.” Sandy mengikuti langkah Ibu Ratih menuju rumahnya.
“Sebenarnya, saat itu sedang diadakan pemilihan kepala lurah di desa ini. Pak Bandon menang, namun beliau berubah saat kamu dilahirkan. Beliau saat itu ke rumah seorang dukun santet yang disuruh oleh Pak Bandon untuk membunuhmu, Sandy” Ibu Ratih menghentikan ceritanya sebentar, lalu melanjutkannya kembali.
“Karena ayahmu mengetahui rencana jahat Pak Bandon. Karena hal itu, kamu dititipkan oleh orang tua Mario dengan catatan ‘kalau dia telah berusia 4 tahun, ajarilah dia seperti anak normal lainnya’. Itulah pesan ayahmu sebelum mereka dibunuh, kemudian orang tua Mario membesarkan kamu sampai seperti ini.”
Ibu Ratih mengakhiri ceritanya. Mendengar cerita itu, Sandy mulai mengerti kenapa bagi Pak Bandon ia selalu dipandang sebelah mata.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar