Dan setelah semua setuju dengan ide dan cara mereka
masing-masing, merekapun bergegas menuju tempat yang dimaksud pada jam 06.00
saat semua panitia Jambore yang tidak tahu menahu hal tersebut baru bangun
tidur. Setibanya di tempat tersebut, aku, Axel, dan Khalil segera menyelam dan
mencari celah dari rumah terapung tersebut. Sementara itu di depan rumah
terapung…
“Akhirnya kalian datang!!” kata pemuda gendut yang
menjaga tempat tersebut.
“Lepaskan Panji!” seru Ewon.
“Tidak akan kalau kau tidak mau bergabung bersama kami.”
Tambah Ello, teman pemuda gendut tersebut.
“Dia saudaraku. Kalau kalian bunuh dia akan terjadi hal
yang buruk pada kalian semua.” Seru Gadis.
“Apa maumu? Hah?” kata Ello akan menampar Gadis, tetapi
tangannya terkena ledakan petasan yang dilempar Faiz dan Alif.
“AAAGGH!! Tangan kiriku! Bocah-bocah sialan! Aku kejar
kalian semua!” Sahut Ello kesakitan.
Ello mengejar Alif dan Faiz, tetapi gagal karena ia
tersandung tali yang dipasang erat-erat oleh Peni dan Fisha. Pemuda gendut itu
marah dan ikut mengejar Peni dan Fisha. Lalu Radifan dan Haekal melempar
Petasan pada Dodon. Ello pun mengejar Radifan dan Haekal. Diikuti Yasinta dan
Arla yang menembakkan peluru ketapel mereka. Karena kelelahan, mereka lupa
dengan jebakan yang berada dibawahnya dan akhirnya terjatuh dalam jebakan yang
dipasang mereka sendiri.
Saat yang lainnya saling kejar mengejar, aku dan Axel
menemukan celah dimana kami bisa menerobos rumah terapung didalamnya.
“Dil, gergajinya!!” perintah Axel.
Aku dan Axelpun menggergaji rumah terapung tersebut dan
menemukan Panji diikat kuat dengan lakban.
“Kalian? Kenapa bisa…” kaget Panji tetapi aku segera
menutup mulutnya.
“Sssst!! Nanti kedengeran mereka!!” bisik Khalil.
Lalu akupun memotong tali yang mengikat Panji.
“Cepat lari!!” perintahku.
Namun sialnya, ternyata kedok penyelamatan kami diketahui
oleh pemimpin mereka!
“HAAA!! Mau Lari kemana kalian??? Dodon!! Ello!!” katanya
memanggil pengawalnya namun yang datang adalah Yasuhiro.
“Terlambat!!” katanya menunjukkan Yasuhiro dan yang
lainnya sudah mengikat Dodon dan Ello yang sudah babak belur karena petasan.
“Dila! Axel! Khalil! Panji!! CEPAT LARI!!” perintah
Yasuhiro.
“Tidak akan bisa!! Karena semua keramba disini dipenuhi
hiu! Kalau meloncat. Kalian semua juga akan mati! Rasakan lemparan sampah busuk
ini pemuda berkacamata!!” kata Selly melempar sampah busuk namun Axel menangkap
dan membuangnya.
“Semua hiu sudah kami lepaskan dan kami giring ke lautan
lepas.” Kata Yasuhiro lagi sambil menunjuk Aulil yang memancing hiu-hiu
tersebut ke lautan lepas bersama para peserta Jambore dari
Sahabat Panji.
“Kurang Ajar!! Siapa diantara kalian yang melepaskan
hiu-hiuku?” Tanya Selly dengan amarahnya yang mulai meledak.
“Aku!” seru Muhamad Virgiawan dari speed boat.
“Ayo lari!!” perintah Panji.
Lalu, aku, Axel, Khalil, dan Panji lari menghindari Selly
yang mulai marah dengan Speed Boat. Yasuhiro menyusul kami dengan Long Boat
yang mengantar kami ke pulau.
“Orang itu masih mengejar! Kak Panji!!” seruku.
“Dia pakai Jetski yang dicuri dari Camp.” Tambah Axel.
“Bagaimana kau bisa tahu, Axel?” tanya Panji dan Muhamad
Virgiawan.
“Kemarin aku curiga dengan jumlah Jetskinya yang hilang
satu. Pasti itulah jetski yang dicuri itu… Dila! Khalil!! Menunduk!!” katanya
ikut menunduk untuk menghindari serangan yang dilancarkan Selly padaku. Akupun
melihat isinya yang ternyata sebuah bahan kimia berbahaya.
“Ternyata mereka juga merusak lautan!” kataku.
“Mereka bener-bener nggak ada perasaan cinta pada alam
lautan! Itu artinya mereka sudah mendzalimi diri mereka sendiri!!” tambah Khalil kesal.
“Mereka ingin mengambil keuntungan semata dengan cara seperti
itu, Dila, Khalil. Mereka tidak berpikir bahaya untuk lautan ini.” jelas Axel
menambahkan.
“Kau benar, Axel, Khalil. Mereka membuka dan melakukan
usaha tetapi tidak berpikir akibatnya terhadap alam.” Tambah Panji.
Sementara itu di rumah terapung tempat kami melepaskan
Panji…
“Terima kasih Dik, atas bantuannya menangkap para
penjahat ini. dan sebagian dari pasukan kami akan menyusul orang yang menjadi
DPO kami.” Kata Polisi wanita yang menjaga kepulauan ini.
“Ya, sama-sama.” Kata Faiz dengan bungkus petasan di
tangannya.
“Eh, Faiz.
Petasannya jangan ditunjukkin!” Omel Amir.
“Tapi lain kali jangan pakai petasan. Kecuali dalam hal
seperti ini.” Omel Gadis dan Ewon memegang kedua orang yang sudah menyerah
karena babak belur terkena petasan tersebut.
Kembali pada kami yang dikejar Selly…
“Bahan bakar mulai habis, dia masih mengejar kita.” Kata
Muhamad Virgiawan.
“Aku lupa meminta petasan dari Faiz.” Tambahku.
“Landak laut dan isi ketapel juga habis.” keluh Khalil.
“Akh, aku lupa
dengan tongkat penahan pintu di Camp.” Keluh Axel campur kesal.
“Kalau sudah begini, kita harus meloncat dari speedboat
ini. begitu aku sudah memberi tanda, cepat kalian loncat.” Kata Panji.
Dan saat Selly mulai mendekati kami…
“SEKARANG!!” seru Panji sambil meloncat diikuti Muhamad
Virgiawan yang memeluk Khalil dan aku yang dipeluk Axel. Kamipun segera
berenang dan memanjat rumah terapung di dekat kami sementara Selly yang
kehilangan keseimbangan di jetskinya menabrak sebuah karang yang kemudian
meledak. Ledakan itupun terdengar oleh Yasuhiro dan yang lainnya yang juga
mengejar Selly.
“Cepat naik!!” perintah Panji sambil menaiki Rumah
terapung yang juga diyakini adalah gudang penyimpanan bahan peledak. Aku, Axel,
dan Khalil segera naik. Namun ternyata orang itu menyusul kami. Setelah kami
menaikinya, kami harus segera mencari tempat sembunyi. Semua kosong, dan kami
berhenti di ujung dari bagian halaman rumah terapung tersebut karena kami sudah
terdesak.
“Sekarang kalian tidak bisa lari. Kalian mau apa sekarang
hah? Lari? Tidak bisa… karena disini kami sudah pasang jebakan yang juga di…”
lalu melihat di bawah dan ternyata Hiu-hiu miliknya juga Aulil pancing.
“Orang itu…” katanya mulai beringas.
“Mbak, saya juga mau usaha…” sindir Aulil sambil
menggiring hiu-hiu tersebut.
“Dasar Bajak Laut!!” Kata Selly marah.
“Sekarang Axel!!” seruku.
Lalu Axel yang berada di belakang Selly memukulnya hingga
terjatuh.
“Meski kau perempuan. Tapi hatimu tidak bisa aku
maafkan!!” kata Axel melipat tangannya yang terdengar KREK!! KREKK!!.
Namun, ia memutar tubuhnya untuk menjatuhkan Axel saat
Ewon dan Gadis menyusul kami. Axel tak sadarkan diri, akupun segera
mendekatinya, namun Selly nyaris memukulku karena tangannya terkena lemparan
ketapel oleh Amir. Lalu Axel tersadar kembali dan memelukku di ujung sudut rumah
tersebut.
“Anak sialan!!” seru Selly pada Amir.
“Firdaus!! Merconnya!!” seru Amir dan Pandu.
“Rasekan lah ni! Mercon roket!!” kata Firdaus menyalakan
petasan yang seharusnya diarahkan ke langit. Alhasil Selly mengalami luka bakar
karena petasan, tetapi ia tidak menyerah dan menyanderaku dan Axel.
“Sekarang kalian mau apa hah? Percuma kalian lari… dan
Ewon… bergabung atau kedua anak ini akan aku jatuhkan.”
“COBA AJA!!” seru beberapa orang yang rasanya aku dan
Axel kenal suaranya.
“Siapa itu?” tanya Selly beringas dan menarik kalung yang
menjadi kebanggaan kami, TMZI club.
Anehnya, saat ia menarik kalung tersebut, tiba-tiba ia
seperti tersengat listrik. Dan saat ia melepaskan kami. Ia sesaat tak sadarkan
diri. Setelah aku melihat di belakang kalung ini, ternyata ada tombol yang akan
mengeluarkan aliran listrik jika ditarik kuat-kuat.
Lalu datang sekelompok orang yang sepertinya adalah para
polisi laut.
“Jangan bergerak!!” kamipun segera menuruti perintah para
polisi tersebut. Namun…
“Bukan kalian. Tapi yang didekat 2 anak itu!!”
perintahnya lebih jelas.
Aku, Khalil, Panji, dan Axel segera ke tempat Amir
berdiri saat Selly mendengar seruan para polisi tersebut.
Axel langsung bersiaga dengan tongkat penahan pintu di Camp yang dibawa Aulil.
“Tidak! Saya ingin semua kalung yang ada pada kalian yang
berada di depanku” perintahnya tidak mau mengikuti Para polisi
dan mematahkan tongkat yang dipegang Axel.
Axel segera mundur mengetahui tongkatnya sudah patah.
“Berikan saja, Yasuhiro…” kata Panji dan Ewon.
“Baiklah…” katanya melepaskan gelang yang ada di
tangannya. Begitu juga kalung yang terjuntai di leher kami harus dilepaskan dan
diserahkan padanya.
“Emas asli…” lalu ia menodongkan pistol pada kami.
“Bersiaplah mati!!!” kata Selly seperti orang gila.
Kami hanya pasrah saat ia akan menembak kami. Termasuk
Axel yang terus memelukku dengan erat. Namun tanpa kami sadari, pistol yang ia
pegang terlepas karena terkena lemparan landak laut yang baru ditangkap oleh
Sahabat Panji dan... kakak pembina magang tempat aku kerja dulu dan sahabatnya
Axel…Bram…
“Menyerahlah!! Ikuti para polisi itu!!” seru Nur, kakak pembinaku sambil memegang ketapel yang berpeluru
petasan yang akan diledakkan Bram.
“Bram!” seru Axel.
“Kak Nur!!” seruku juga.
Tanpa kami sadari, Selly yang masih tidak mau menyerah
dengan keadaannya akan menusuk kami dengan pisau di tangannya. Namun dengan
cepat, racun yang terdapat dalam duri landak laut bereaksi dan membuat ia
terjatuh dan tidak bisa bangun lagi. Dengan cepat polisi segera mengamankan
Selly yang sudah terkena racun landak laut tersebut. Semua member Sahabat Panji
menyusul kami dan menghampiri Panji yang memeluk Peni.
“Bram, kenapa kamu bisa tau hal yang kayak begini?” tanya
Axel sambil berdiri.
“Dan Kak Nur juga apa nggak ngejaga MCR??” tanyaku juga.
“sehari setelah kamu ke Jakarta, aku juga pergi karena
penasaran dan juga Ibu dan semua saudaramu masih mengkhawatirkanmu.” Jelas
Bram.
“Aku Off 4 hari. Dan kebetulan dapat berita ini dari Bang
Doni dan teman kakak di Jakarta.” Jawabnya membelaiku.
“Kamu berani sendirian kesini?” tanya Khalil pada seorang
anak yang sepertinya adiknya sendiri.
“Paman yang ngasih tau. Dan sekarang paman lagi nunggu di
Camp.” Katanya khawatir.
“Kak Panjiiiii!!”
seru Rere, Dha, Fisha, Ima, Hadi, dan Ismi.
“Kakak baik-baik aja. Kalian udah banyak membantu TMZI
club dalam hal ini. makasih ya…” kata Panji pada mereka. Lalu Ismi mendekati
aku dan Axel.
“Kak Dila, Kak Axel. Makasih ya…” katanya berterima kasih
pada kami.
“Tidak apa-apa…Ismi…dan…. Axel…” kataku dengan perasaan yang aneh pada Axel.
“Ada apa?” tanya Axel.
Aku mulai terdiam.
“Bisa pinjam jaketnya tidak? Aku kedinginan…” kataku
menggigil kedinginan.
“Ngomong dong!!” gerutu Axel sambil menyodorkan jaket
yang tadi
ia titipkan pada Amir.